Jakarta (ANTARA News) - Tokoh pendiri dan ketua perdana Partai Bintang Reformasi (PBR), KH Zaenuddin MZ, mengakui telah gagal menjadi penengah bagi perdamaian (islah) di antara Ketua Umum PBR, Bursah Zarnubi, dengan Wakil Ketua DPR, Zaenal Maarif. "Saya telah berusaha keras untuk terjadinya ishlah di antara keduanya. Tapi, ternyata saya gagal mempersatukannya," katanya kepada wartawan di Jakarta, Rabu. Dikatakannya bahwa dari hasil pembicaraan di antara kedua pihak itu terlihat ada kenyataan bahwa penarikan (recall) DPP PBR pimpinan Bursah Zarnubi terhadap Zaenal Maarif telah bersifat final, karena Zaenal dinilai tidak layak lagi di DPR, dan telah berpoligami. Sementara itu, ia menjelaskan, dari fihak Zaenal Maarif bersedia melakukan islah dengan adanya sejumlah catatan yang sulit dipenuhi kubu Bursah. "Sampai di sini tidak ada pihak yang mau mundur selangkah dari tuntutan masing-masing," katanya. Sebagai pendiri sekaligus pemimpin perdana PBR hingga berhasil mencapai posisi 10 besar dalam Pemilihan Umum (Pemilu) 2004, Zaenuddin telah mengingatkan kepada kedua pihak bahwa upaya membesarkan PBR dalam kondisi utuh dan solid saja sangat sulit, apalagi jika diwarnai konflik internal berkepanjangan. "Kita ini tidak electoral treshold untuk Pemilu 2009. Jadi, jangankan pecah, tidak pecah saja sangat sulit bagi PBR untuk melangkah kedepan," ujarnya. Zaenuddin mengatakan bahwa saat ini dirinya menyerahkan semua keputusan terbaik kepada masing-masing pihak, karena mereka semua sudah dewasa dan punya pertimbangan masing-masing. Namun demikian, Zaenuddin juga mengritik para penerusnya di PBR, karena berkepanjangannya perselisihan tersebut dan mengingatkan mereka jangan sampai ibarat anak yang ingin mendapatkan warisan tapi tidak mau mengakui orang tuanya. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2007