Yogyakarta (ANTARA News) - Kepala Rumah Sakit TNI AU Hardjolukito, Mayor Kes Djunaidi membantah rumor bahwa pilot Guruda GA-200 yang mengalami naas di Yogyakarta pada Rabu pagi (7/3), Marwoto, melakukan tindakan bunuh diri. "Sampai Kamis malam (8/3) pukul 19.00 WIB saya melihat secara fisik kondisi kapten pilot itu dalam keadaan baik dan bahkan kondisi psikologisnya berangsur membaik," katanya di Yogyakarta, Jumat. Ia mengatakan beberapa kali berkomunikasi dan menerima keluhan Marwoto di ruang kerjanya. Menurut dia, Marwoto pernah menyatakan penyesalannya dengan mengatakan "kok bisa ya begini". Marwoto juga meminta rokok kepadanya dan mengatakan merokok adalah cara laki-laki menghilangkan stress, bukan dengan menangis seperti yang dilakukan pramugari. Djunaidi mengatakan tidak berani menyinggung terlalu jauh tentang keluhan Marwoto tersebut mengingat kondisi psikologisnya saat itu. Selain itu, masalah tersebut bukan kewenangannya sebagai kepala rumah sakit melainkan kewenangan KNKT. Ia mengatakan yang bisa dilakukannya saat itu hanya berusaha menghibur Marwoto dengan memberikan nasehat dengan mengatakan masih beruntung pesawat tidak berhenti di jalan menuju AAU yang bisa menyebabkan pesawat patah dan memakan korban lebih banyak. Menurut dia, pada Kamis pagi Marwoto meminta sajadah untuk menunaikan salat Subuh. Marwoto juga pernah dijenguk istri dan anak perempuannya. Ia mengatakan Marwoto memang terlihat paling syok di antara lima awak lain yang dirawat di RS Hardjolukito. Pilot ini juga sempat mendapat observasi di bawah pengawasan KNKT karena sesuai dengan prosedur korban kecelakaan mestinya mendapat perawatan minimal 24 jam untuk mengantisipasi beberapa kemungkinan seperti luka pendarahan. Dengan pertimbangan potensi luka dalam yang mungkin diderita Marwoto, pilot itu juga menjalani rontgent torak paru-paru dan tulang iga, tapi hasilnya baik. Ia menjelaskan selama mengawasi awak Garuda GA-200, tim KNKT terdiri dari 7 orang, salah satu di antaranya psikiater. Pada kesempatan itu Djunaidi juga mengatakan sejak terjadi kecelakaan Garuda GA-200 Rabu pagi hingga Kamis kemarin pihaknya merawat 85 korban termasuk awak pesawat, bukan 93 korban seperti yang dipublikasikan rumah sakit selama ini. Data 93 tersebut muncul karena ada duplikasi nama. Dan dari 85 orang yang dirawat di RS Hardjolukito sampai Kamis kemarin yang menjalani rawat inap hanya 8 orang termasuk awak pesawat. Pada Jumat sudah tidak ada lagi pasien korban kecelakaan termasuk awak pesawat yang dirawat di RS itu, karena sebagian sudah pulang dan sebagian lagi dirujuk ke rumah sakit lain.(*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2007