Denpasar (ANTARA News) - Terminal Ubung, Kota Denpasar, yang menjadi satu-satunya terminal bus angkutan antar-propinsi ke berbagai tujuan kota di Pulau Jawa dan Sumatera tidak memberangkatkan penumpang, terkait dengan antrean yang semakin panjang di Pelabuhan Gilimanuk. "Kami tidak memberangkatkan bus antarpropinsi dan juga dalam dua hari terakhir tidak ada bus dari Jawa maupun dari NTB yang datang," kata I Made Artama, seorang petugas di Teminal Ubung ketika dihubungi ANTARA News, Jumat. Ia mengatakan, tidak memberangkatkan bus antarpropinsi itu sesuai instruksi dari Administrator Pelabuhan Gilimanuk, guna menghindari antrean yang semakin panjang di Bali barat. "Kami telah memasang pengumuman dan setiap saat mengumumkannya lewat pengeras suara, agar mereka yang bepergian ke Jawa menunda sementara keberangkatannya sambil menunggu lancarnya penyeberangan di Selat Bali," kata I Made Artama. Penyetopan secara total terhadap pemberangkatan seluruh bus antarpropinsi dilakukan sejak hari Jumat (9/3) sambil menunggu informasi lebih lanjut dari pihak Adpel Gilimanuk. Biasanya setiap hari puluhan bus berangkat dari terminal Ubung dengan berbagai tujuan di Pulau Jawa dan Sumatera. Terganggunya penyeberangan di Selat Bali berpengaruh terhadap menurunnya aktivitas di terminal Ubung, ujar I Made Artama. Penumpukan penumpang dan antrean kendaraan berbagai jenis terjadi di Pelabuhan Gilimanuk, akibat tidak beroperasinya ke-16 kapal feri, karena cuaca yang tidak bersahabat. Antrean ratusan kendaraan yang terdiri truk angkutan barang, bus dan mobil pribadi telah mencapai panjang sekitar tiga kilometer hingga di depan monumen di kawasan Bali barat itu. Pemandangan serupa juga terjadi di Pelabuhan Padangbai Bali timur karena semua jenis kendaraan tidak bisa menyeberang ke Lombok Nusa Tenggara Barat (NTB) karena semua feri tidak diberangkatkan dari Bali ke Lombok atau sebalinya. Antrean kendaraan di Bali barat maupun timur diperkirakan semakin bertambah panjang, mengingat kondisi cuaca di laut yang buruk. namun masyarakat dan pemakai jasa umumnya dapat menyadari faktor alam tersebut. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2007