Denpasar (ANTARA News) - Empat bus yang mengangkut sekitar 125 penumpang dari Jakarta dan Bandung tiba di terminal Ubung, Denpasar Sabtu siang. "Keempat bus itu mengalami keterlambatan hampir selama 36 jam akibat terganggunya penyeberangan di Selat Bali terkait cuaca buruk," kata petugas Terminal Ubung I Nyoman Bakti di Denpasar, Sabtu. Ia mengatakan, keempat bus dari Jawa itu sesuai jadwal seharusnya sudah tiba Kamis siang (8/3), sehingga mengalami keterlambatan akibat antrean di Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi. Begitu empat bus tiba di Denpasar, menyusul dua bus dengan tujuan Jakarta berangkat dengan mengangkut sekitar 50 orang penumpang. Dengan tiba dan berangkatnya bus antarpropinsi aktivitas terminal Ubung kembali normal seperti biasa, meskipun penumpangnya sangat sepi. "Terminal Ubung sejak kemarin pagi tidak mengizinkan keberangkatan bus antarpropinsi sesuai instruksi dari Administrator Pelabuhan Gilimanuk," ujar petugas lainnya I Wayan Sutarma. Seluruh armada penyeberangan di Selat Bali yang menghubungkan Pelabuhan Gilimanuk, Bali dengan Ketapang, Banyuwangi, Jawa Timur dan sebaliknya dibuka kembali sejak pukul 04.30 Wita Sabtu pagi. Seluruh armada dikerahkan secara maksimal untuk melayani penyeberangan kedua pelabuhan tersebut setelah dinyatakan ditutup selama dua hari terakhir akibat cuaca yang buruk. Menurut Agus, petugas pada KP3 Gilimanuk, bergeraknya seluruh armada penyeberangan secara berangsur-angsur akan dapat mengurangi antrean kendaraan dan calon penumpang yang cukup panjang di kedua pelabuhan tersebut. Akibat tidak beroperasinya ke-24 kapal feri yang melayani penyeberangan di Selat Bali terkait dengan cuaca yang tidak bersahabat menyebabkan terjadinya antrean panjang, baik di Pelabuhan Gilimanuk maupun Pelabuhan Ketapang. "Antrean di Pelabuhan Gilimanuk mencapai sepuluh kilometer hingga mencapai di kawasan Hutan Cekik. Penumpukan yang diperkirakan lebih dari 1.800 unit kencaraan dan ribuan calon penumpang diharapkan bisa dilayani seluruhnya hari ini," ujar Agus.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2007