Jakarta (ANTARA News) - Seorang bankir swasta mengatakan Bank Indonesia (BI) akan tetap menjaga rupiah agar bisa berada di bawah level Rp9.100 per dolar AS dengan membeli mata uang lokal itu, apalagi BI saat ini memiliki cadangan devisa cukup besar. "BI sangat mengawasi pasar dan menunggu momen yang tepat untuk membeli rupiah agar mata uang lokal itu kembali di bawah level Rp9.100 per dolar AS," kata Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib, di Jakarta, akhir pekan ini. Ia memperkirakan rupiah pada pekan depan akan bisa berada di bawah level Rp9.100 melihat tekanan pasar mulai berkurang, karena BI secara konsisten terus mengamati pergerakan rupiah. Dengan intervensi BI itu, rupiah pada pekan depan diperkirakan akan berada dalam kisaran antara Rp9.000 hingga Rp9.100 per dolar AS, katanya. Meski demikian, lanjut Kostaman, rupiah masih sulit untuk bisa mendekati level Rp9.000 per dolar AS, apalagi berada di bawah level tersebut, karena hal itu hanya bisa terjadi apabila ada isu besar yang bisa memicu rupiah naik tajam. "Kami optimistik BI masih terus memantau pergerakan rupiah di pasar valas dan akan melakukan aksinya lebih lanjut dengan melihat kondisi pasar," ucapnya. Rupiah, menurut dia, sebelum terjadi "panic selling" sempat diisukan akan bisa berada di bawah level Rp9.000 per dolar AS, namun isu itu saat ini sulit terjadi. "Hal ini disebabkan oleh aksi BI yang terus mengawasi rupiah untuk tidak mendekati level itu. Apabila rupiah berada di posisi Rp9.000 per dolar AS, maka rupiah akan terus menguat menjauhi level tersebut," katanya. Apalagi, menurut Kostaman Thayib, laju inflasi Februari 2007 sebesar 0,62 persen jauh berada di bawah inflasi sebelumnya yang mencapai 1,04 persen, sehingga mendorong BI berani menurunkan BI Rate menjadi 9 persen dari sebelumnya 9,25 persen. Penurunan BI rate, katanya, menunjukkan indikator ekonomi makro Indonesia cukup baik, karena itu rupiah tidak terlalu ikut bergejolak terpengaruh adanya penjualan saham di pasar regional maupun pasar dunia secara besar-besaran. Selain itu, menurut dia, para pelaku asing saat ini cenderung melepas dolar AS, karena ekonomi AS cenderung melambat akibat membengkaknya defisit transaksi berjalan dan merosotnya sektor perumahan AS. Sementara itu, aksi pelaku asing saat ini aktif bermain di pasar melakukan pembelian saham maupun obligasi pemerintah ikut mendorong pembelian rupiah dan menguatkan kurs rupiah, ucapnya. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2007