Jakarta (ANTARA News) - Menteri Agama (Menag), Maftuh Basyuni, menegaskan bahwa seruan dzikir nasional tidak hanya ditujukan pada umat Islam, tapi juga kepada umat non-Islam, agar melakukan hal yang sama. "Kita meminta mereka juga mengimbau kepada umat mereka masing-masing sebagaimana yang dilakukan umat Islam," ujarnya di Jakarta, Minggu. Menag menjelaskan, dzikir nasional bagi umat Islam dapat dilakukan dua atau tiga sekali setiap bulannya pada tiap hari Jumat. Ada kewajiban bagi muslim untuk Shalat Jumat, sehingga tidak perlu mengumpulkan orang, seperti yang dilakukan pada Jumat lalu di Masjid Istiqlal, katanya. "Di Medan, Ketua Umum Persekutuan Gereja Indonesia (PGI) juga telah melakukan hal sama dengan melakukan intropeksi diri," katanya. Maftuh menjelaskan, dzikir nasional sendiri merupakan penerapan dari masukan atau anjuran dari sejumlah ulama dan para tokoh agama agar dapat membebaskan diri dari berbagai musibah itu. Oleh karena itu, Maftuh membantah, jika pihaknya dinilai mengambil alih peran ulama, karena dzikir nasional itu justru menjalankan anjuran dari para ulama. Berbagai musibah yang dalam waktu singkat itu, lanjut Maftuh, mungkin merupakan peringatan Tuhan betapa banyak tingkah laku menyimpang dari garis para pendahulu, yakni Rasulullah. "Kita makhluk lemah, tidak ada cara lain berlindung kepada kekuasaan Tuhan. Kekuatan Tuhan adalah segala-galanya. Ini peringatan Tuhan, kalau tidak sekarang, mungkin akan lebih besar lagi musibahnya," tegasnya. Maftuh menyatakan bahwa para pemimpin harus memberikan contoh dalam intropeksi diri. "Pemimpin harus menjadi panutan yang baik dan mudah-mudahan kita bisa dan harus menyadarkan kita sendiri," katanya. Depag sendiri, tambah Maftuh, bertekad untuk menjadi lebih baik dan siap untuk diawasi. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2007