Jakarta (ANTARA News) - Televisi Republik Indonesia (TVRI) sampai sekarang masih berjalan, namun sejumlah penyiar beritanya merasa malu duduk di meja siaran, karena hampir 80 persen program yang ditayangkan hanyalah re-run (siaran ulang). Sehubungan itu, kelompok penyiar berita senior di tubuh stasiun yang telah menjadi Lembaga Penyiaran Publik sejak 2006 itu, berharap Dewan Pengawas TVRI dapat segera mengambil langkah-langkah mendasar demi perbaikan dan peningkatan mutu siaran ke depan. "Terus terang, kami malu duduk di meja siaran," kata salah seorang penyiar senior, Dhoni Kusmarhadji, ketika dihubungi ANTARA melalui telepon di Jakata, Minggu, Menurut dia, rendahnya mutu siaran TVRI saat ini disebabkan ketidakmampuan manajemen, khususnya di Direktorat Program dan Berita. Dengan kondisi tayangan yang sekitar 80 persennya re-run, boleh dikatakan stasiun yang semula menjadi primadona di dunia pertelevisian itu kini telah mengalami mati produksi. "Bukan payah lagi, tapi itu artinya tidak ada produksi," kata Dhoni. Ia mengungkapkan kekecewaan para penyiar senior bertambah ketika manajemen mengambil kebijakan yang oleh direksi disebut-sebut sebagai langkah "efisiensi" yang berujung pada terkatung-katungnya nasib 19 penyiar dari 27 penyiar yang ada. "Tadinya 22 orang, tetapi ada yang mengambil langkah keluar (berhenti)," kata Dhoni. Ia juga mengatakan sebenarnya keluhan dari para penyiar juga dirasakan karyawan TVRI, namun mereka "kurang berani bersuara". Rencananya, pada Selasa 13 Maret 2007 akan ada Rapat Dengar Pendapat (RDP) antara Direksi TVRI dan Komisi I DPR menyangkut evaluasi kinerja lembaga siaran tersebut. Evaluasi kinerja TVRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik seharusnya dilakukan setiap tiga bulan, dan sekarang sudah memasuki hitungan evaluasi kedua. Para penyiar berharap RDP akan menghasilkan kebijakan-kebijakan yang dapat mengubah kinerja TVRI secara signifikan. "Program dan Pemberitaan merupakan "jantung" televisi. Kalau bidang itu dipimpin oleh orang yang tidak mampu, bisa dipastikan TVRI tidak bisa tampil kompetitif," kata Dhoni. Saat ini, jabatan Direktur Program dan Pemberitaan TVRI dipangku Rully Charmeianto Iswahyudi yang pernah bekerja di Metro TV. Dalam surat yang ditujukan kepada Komisi I DPR, tertanggal 11 Pebruari 2007, para penyiar TVRI antara lain menyatakan sejak manajemen direksi baru menduduki jabatan mereka atas pilihan Dewan Pengawas TVRI, maka banyak keresahan yang terjadi. Direktur Program dan Berita Rully Charmeianto Iswahyudi memiliki latar belakang bradcasting yang sangat minim dan jabatannya di Metro TV hanyalah sebagai Field Producer. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2007