"Menerobos tradisi artinya saya tidak menolak tradisi lokal yang saya cintai, saya terobos karena mendambakan perubahan," kata Mooryati, di Jakarta, Kamis.
Buku otobiografi setebal 500 halaman dan berisi 48 bab itu mengisahkan kehidupan Mooryati sebagai puteri keraton Surakarta yang menerobos tradisi menjadi wirausaha, hal yang dianggap tabu untuk wanita ningrat saat itu.
"Seorang putri sudah menikah lalu berdagang, dikatakan sangat tidak pantas apalagi jamu gendong, itu khan rendah," kenang Mooryati yang mengenakan kebaya hijau.
Bisnis yang berawal dari garasi rumah sendiri untuk meramu minuman beras kencur melejit menjadi perusahaan jamu dan kosmetika besar di Indonesia.
Produknya kini telah diekspor ke 20 negara, termasuk Rusia, Belanda, Jepang, Afrika Selatan, Malaysia, Brunei juga kawasan Timur Tengah.
Sebelumnya, perempuan 88 tahun ini telah menulis Seni Ngadi Saliro dan Ngadi Busono (1978), Alam Sumber Kesehatan (1988), Pengantin Indonesia (2000) dan Busana Keraton Surakarta Hadiningrat (2003), juga Transforming Woman's Voices, yang berisi pengalamannya menjabat anggota lembaga legislatif selama lima tahun.
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Ade P Marboen
COPYRIGHT © ANTARA 2016