Cirebon (ANTARA News) - Tiga bocah tewas tertimbun tebing longsor di lokasi penambangan bahan galian C Blok Liang Ula, Kampung Sumur Wuni, Argasunya, Cirebon, Jabar, Senin pagi pukul 08.30 WIB. Longsoran tebing dari ketinggian enam meter itu telah menewaskan kakak beradik Janur (11) dan Mulyadi (9), kemudian Mohamad Akhin (13), yang ketiganya adalah warga RT01/RW07 Kampung Sumur Wuni, Argasunya. Tiga bocah yang rumahnya berjarak sekitar 250 meter dari lokasi kejadian itu terjebak longsor ketika sedang bermain dengan tiga temannya yang lain. Teman ketiganya yang berhasil menyelamatkan diri dari longsor itu adala Sabir (10), Agus (8), dan Ipin (9). Korban Mulyadi dan Akhin baru ditemukan sekitar pukul 10.00 WIB, setelah belasan warga bahu membahu menyingkirkan tanah dan bebatuan yang menimpa mereka, sementara Janur ditemukan sekitar pukul 11.00 WIB. Menurut Sabir (10), dirinya bersama lima temannya usai bermain bola memutuskan untuk kembali ke rumah mereka dengan jalan memotong tebing yang curam supaya lebih cepat sampai sekaligus bermaksud mencari bambu dan ketimun. Baru saja mereka mendapat tiga ketimun, ada orang yang mengusir mereka, sehingga mereka berlari menyingkir dan beristirahat sejenak di bawah tebing tanpa menyadari jika tebing itu sudah retak. "Saya melihat ada retakan, terus saya berteriak agar semua lari menghindar. Dua kawan saya berhasil selamat, tetapi tiga lainnya terkubur," kata Sabir. Jaenab (35), ibu dari Janur dan Mulyadi langsung tak sadarkan diri ketika jenazah anaknya tiba di rumah, namun sang ayah, Sasmita (37) terlihat tabah. Menurut Sasmita yang bekerja sebagai supir angkutan pasir, Janur biasanya diajak saat dirinya bekerja sebagai supir. "Tetapi hari ini dia ingin bermain bersama teman-temannya. Dia sudah berniat mau belajar ke Pesantren Benda menyusul kakaknya, Saefudin," katanya. Saefudin juga tampak shok dan duduk jongkok menyendiri di dekat dapur sambil sesekali meneteskan air mata. Lokasi galian C yang longsor memang tidak diusahakan untuk digali lagi dan kemiringannya sudah di atas 90 derajat, namun sekitar 100 meter dari lokasi musibah masih ada aktivitas penggalian batu cadas. Situasi batu cadas setinggi lebih dari delapan meter itu sendiri rawan longsor, terbukti ketika wartawan berdiri di sekitar bukit tiba-tiba kembali terjadi longsor susulan yang lebih besar dan suaranya berdentum keras.(*)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2007