Pangkalpinang (ANTARA News) - Meningkatnya penggunaan obat-obatan dari bahan organik seperti tumbuhan (herbal), membuat gaharu semakin diminati sebagai bahan baku obat-obatan untuk berbagai macam penyakit. "Dari hasil penelitian secara mendalam dengan dukungan ilmu kimia tumbuhan serta perkembangan tekonologi industri dan kedokteran maka gaharu sudah mulai dimanfaatkan untuk berbagai pengobatan penyakit seperti stres, asma, liver, ginjal, radang lambung, usus, rhematik, tumor dan kanker," kata Peneliti Balitbang Kehutanan, Yaya Sunarya, Selasa. Sayangnya pohon gaharu yang berharga mahal itu belum banyak dikembangkan di Indonesia. Saat ini Indonesia hanya mampu memenuhi pasokan 15 persen gaharu dari kuota sebanyak 300 ton, sementara sebelumnya pada tahun 2000 produksi gaharu mencapai 450 ton. Kini gaharu juga digunakan untuk bahan berbagai produk kecantikan dan perawatan tubuh. Kayu gaharu bisa dijual seharga Rp2-5 juta per kilogram, bahkan untuk jenis super dan dobel super harganya mencapai Rp18 juta per kilogram. "Gaharu memiliki miliki nilai farmakologi sebagai bahan tradisional untuk pengobatan penyakit," ujarnya. Di Indonesia tanaman ini dikelompokan sebagai produk komoditi hasil hutan bukan kayu. Atas dasar itu, pengembangan gaharu sangat mendukung program pelestarian hutan yang digalakkan pemerintah. Ia menyatakan, investasi dibidang gaharu sangat menguntungkan. Gaharu bisa dipanen pada usia 5-7 tahun. Untuk satu hektare gaharu hingga bisa dipanen, memerlukan biaya sebesar Rp125 juta namun hasil panen yang didapat mencapai puluhan kali lipat. "Budidaya gaharu sangat cocok dikembangkan dalam meningkatkan hasil hutan non kayu, sementara pasarnya sangat luas dan tidak terbatas," ujarnya.(*)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2007