Mataram (ANTARA News) - Kepala Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Lombok Barat (Lobar), Drs Tjok Suthendra Rai, menyatakan prihatin dan dukacita atas meninggalnya tujuh pendaki di Gunung Rinjani. "Kita sangat menyesalkan kejadian itu dan mereka tidak terdaftar sebagai tamu, serta mereka masuk tidak melalui jalur resmi," katanya kepada wartawan di Mataram, Rabu. Dikatakannya pihaknya yang juga sebagai koordinator untuk "Rinjani Trek", yang mengelola pendakian ke Taman Nasional Gunung Rinjani telah menetapkan penutupan kawasan tersebut dari pelancong. Penutupan sudah dilaksanakan sejak bulan Desember, saat musim penghujan mulai turun, terlebih pada saat kejadian (sekitar awal Maret - red) terjadi badai angin yang disertai dengan hujan. Berdasarkan pengalaman selama ini, pihaknya selalu melakukan pembatasan pendakian ke Gunung Rinjani, sebagai gunung ketiga tertinggi di Indonesia, pada musim penghujan, yakni sekitar bulan Desember hingga April. Sekarang ini telah disepakati dua pintu masuk resmi ke puncak Gunung Rinjani, yakni dari Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, dan dari Senaru, Kabupaten Lombok Barat. Kedua pintu itulah yang untuk sementara ini disepakati sebagai pintu masuk resmi, sementara usaha membuka jalur baru dari kabupaten Lombok Tengah hingga saat ini belum mendapat rekomendasi, mengingat keselamatan perjalanannya dapat membahayakan. "Taman Nasional Gunung Rinjani tersebut dimiliki oleh tiga Kabupaten se-Pulau Lombok, yakni Kabupaten Lombok Timur,Lombok Barat dan Lombok Tengah," katanya. Pihaknya selama pengelolaan pendakian gunung ke Gunung Rinjani telah menyediakan jasa porter, dan sarana komunikasi lainnya, sehingga dipastikan tamu-tamu wisatawan mancanegara maupun domestik tidak akan tersesat, dan segera mendapatkan bantuan bila mengalami masalah, tambahnya. Disamping itu, juga telah disiapkan rambu-rambu, termasuk tempat-tempat peristirahatan selama perjalanan pendakian. Paket yang disediakan untuk para wisatawan bermacam-macam, ada yang naik dari Sembalun menuju puncak setelah sejenak istirahat di Pelawangan, kemudian turun ke Danau Segara Anak, kemudian pulangnya dari Snaru. Atau ada juga yang memilih jalur naik ke Gunung Rinjani melalui Senaru, dengan lebih dulu menikmati panorama alam Danau Segara Anak, yang seringkali dijadikan tempat pemancingan oleh masyarakat setempat, dan keluarnya dari Sembalun. "Masyarakat yang ingin menikmati air panas mengandung belerang di Segara Anak biasanya memilih naik dari Sembalun, dan menuju puncak, setelah lebih dulu bermalam di Pelawangan," katanya. Mengenai korban tewas delapan mahasiswa, Tjok Suthendra Rai menyatakan persiapan dan bekal mereka tidak mencukupi. Sebelum berangkat menaiki Gunung Rinjani, persiapan peralatan selama perjalanan dan bekal haruslah mencukupi, di samping kesiapan mental. "Karena itu, setiap tamu yang akan melakukan pendakian, lebih dulu mendaftarkan diri dan ditanyakan kesiapan bekal mereka, sebab perjalanan kesana melalui padang dan semak, yang jalannya mendaki," katanya. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2007