Jakarta (ANTARA News) - Sekretaris Menneg Perumahan Rakyat, Noer Soetrisno, mengungkapkan saat ini sudah ada sejumlah investor luar negeri yang berminat membangun tower rumah susun sederhana (rusuna) di perkotaan di Indonesia. "Setelah konsultasi pemerintah dengan DPR diumumkan bahwa DPR menyetujui langkah pemerintah untuk memberikan berbagai fasilitas, termasuk fasilitas Pajak Pertambahan Nilai (PPN), nyatanya banyak peminatnya baik investor luar negeri maupun dalam negeri," kata Noer Soetrisno, seusai pertemuan di Kantor Menko Perekonomian di Jakarta, Rabu. Menurut Soetrisno, pengembang dapat menggunakan tanah milik pemerintah daerah, tanah negara, tanah milik BUMN, atau tanah miliknya sendiri untuk membangun tower rusuna. "Yang kita harapkan mereka membangun di tanahnya sendiri. Kalau tanahnya sendiri tidak perlu tender lagi," kata Soetrisno. Program pembangunan rusuna itu ditujukan untuk wilayah perkotaan, termasuk di Jakarta, Batam, Medan, Bandung, Palembang, Semarang, Surabaya, dan Makassar. Dalam lima tahun hingga 2009, pemerintah mentargetkan pembangunan seribu tower di wilayah perkotaan tersebut. Berapa unit yang akan dibangun akan ditentukan oleh berapa besar permintaan pasar. "Seribu tower, jika satu tower mencapai 20 lantai, itu akan equivalen dengan sekitar 600.000 unit rusuna, tetapi kan ada daerah-daerah yang tidak diperbolehkan membangun hingga 20 lantai," jelasnya. Ia menyebutkan untuk rusuna type 21 diharapkan harganya di bawah Rp75 juta, sementara yang type 36 diharapkan setinggi-tingginya Rp144 juta. Soetrisno menyebutkan dari studi yang pernah dilakukan, pembangunan rusuna di wilayah perkotaan akan menghemat pengeluaran transportasi oleh masyarakat hingga sekitar Rp12,1 triliun. "Kalau kita selesaikan pembangunan transportasi, maka akan ada penghematan transportasi. Tapi yang jelas waktu istirahat lebih lama, kesehatan lebih baik, produktivitas lebih baik dan akhirnya harapan hidup lebih panjang," katanya. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2007