Surabaya (ANTARA News) - Sebanyak 500 aktivis Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) dari Jatim dan sekitar 120 perwakilan aktivis IMM se-Indonesia, Rabu, menggelar aksi demonstrasi menolak tayangan sinetron remaja. Aksi di depan gedung negara Grahadi Jalan Gubernur Suryo Surabaya itu diawali dengan longmarch sepanjang 2-3 kilometer dari Taman Bungkul Jalan Raya Darmo Surabaya. Setelah itu, ratusan aktivis IMM itu melakukan orasi, membentangkan poster yang bersifat protes, dan menggelar teatrikal tentang remaja yang terpengaruh sinetron remaja. Dalam teatrikal itu digambarkan seorang remaja sekolah menengah pertama (SMP) yang rambutnya disemir, wajahnya diberi bedak, dan tangannya menenggak minuman keras sebagai akibat dari pengaruh tayangan sinetron remaja. Sementara itu, poster yang dibentangkan antara lain berbunyi Sinetron Cabul Dianggap Biasa--Tanya Kenapa?, Film dan Sinetron versus Pendidikan, Kamu Telah Bodohi Aku--Wahai Sinetron, Sinetron Potret Kehidupan Menyesatkan, dan sebagainya. "Kami melakukan aksi untuk mengajak masyarakat melakukan boikot nonton sinetron yang hanya memamerkan seksualitas, kekerasan, vulgarisme, dan gaya hidup hedonis," ujar Ketua Umum DPD IMM Jatim, Sholikh Al-Huda. Kepada pemerintah, IMM mendesak untuk mencabut hak siar sinetron remaja yang tidak mendidik dan mendesak pemerintah untuk memberi wewenang penuh kepada KPI dan LSF. Selain itu, katanya, IMM juga mendesak aparat kepolisian untuk mengusut dan menindak tegas kepada media massa pelaku pelanggaran UU 32/2002 tentang penyiaran. "Sinetron remaja yang kami tolak antara lain pengantin remaja, kawin muda, ajari aku cinta, my heart, jangan panggil aku anak kecil, curi pandang curi perhatian, akibat pergaulan bebas, bunga di tepi jalan, anak cucu adam, biarkan cinta memilih, bawang merah bawang putih, dan banyak lagi," ucapnya. Ia menambahkan negara hendaknya tidak bersikap munafik dengan berupaya keras meningkatkan kualitas pendidikan, tapi sinetron remaja yang merusak kehidupan remaja juga dibiarkan.(*)

Editor: Heru Purwanto
COPYRIGHT © ANTARA 2007