Manokwari (ANTARA News) - Sekitar 300 hektare sawah di Kabupaten Manokwari, Papua Barat, yang sebagian masih bertanaman padi belum dipanen, rusak akibat banjir April lalu.

Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian Perkebunan dan Peternakan Manokwari Oktafianus Edowai di Manokwari, Selasa (10/5), mengatakan, kerusakan itu tersebar di wilayah Distrik Prafi, Masni dan Sidey.

Dia menyebutkan, selain merusak sawah dan tanaman padinya, banjir pun mengakibatkan bendungan di wilayah Distrik Prafi jebol, serta merusak jaringan irigasi primer dan tersier di Distrik Sidey.

"Bendungan yang jebol di wilayah Satuan Permukiman (SP) III Distrik Prafi mengganggu aliran air menuju puluhan hektare sawah di SP III, SP IV dan SP V. Hal yang sama terjadi di SP XI Distrik Sidey, yakni lumpur yang menimbun jaringan irigasi memutus aliran sungai menuju puluhan hektare sawah di wilayah tersebut," kata dia.

Dia menyebutkan, kerusakan ini mengganggu target program produksi padi jagung dan kedelai atau Pajale Manokwari tahun ini. Pihaknya akan berupaya maksimal agar target yang dicanangkan pemerintah pusat itu tetap terealisasi tahun ini.

"Secara keseluruhan lahan pajale kita seluas 2.500 hektare. Per hekter ditargetkan bisa memproduksi sebanyak 4,6 ton baik padi,jagung maupun kedelai," ujarnya.

Untuk sawah padi yang mengalami gangguan aliran air akibat bencana banjir tersebut, ujarnya menjelaskan, pihaknya akan menggantinya dengan tanaman kedelai dan jagung.

"Karena, tanaman jagung dan kedelai cenderung tidak terlalu membutuhkan air yang melimpah layaknya padi," kata dia.

Selain itu, kata dia, pihaknya pun segera memperbaiki kerusakan lahan dan jaringan irigasi di wilayah tersebut.

Dia menjelaskan, pada program ini pemerintah pusat telah menyiapkan anggaran, bibit bersertivikat, pupuk dan obat. Pihaknya akan berupaya maksimal agar seluruhnya terserap pada musim tanam pertama tahun ini.

Oktafianus menyebutkan, saat banjir terjadi sebagian lahan telah ditanami padi. Tanaman itu pun rusak akibat banjir.

"Beruntung ada beberapa petani yang sudah menaman pada bulan Januari lalu. Pada awal April sebelum banjir mereka sudah panen. Namun, itu program reguler bukan program pemerintah," kata dia.

Pewarta: Toyiban
Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2016