Solo (ANTARA News) - Sebaran Daerah Aliras Sungai (DAS) kritis di Indonesia, dari tahun ke tahun kini terus mengalami peningkatan dan ini perlu mendapat perhatian serius, demikian data Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (Ditjen SDA) Departemen Pekerjaan Umum. Pada 1984 baru ada 22 DAS kritis, kemudian tahun 1992 naik menjadi 39 DAS, dan tahun 1998 meningkat lagi menjadi 62 DAS kritis, kata Sekretaris Ditjen SDA Departemen Pekerjaan Umum, Dyah Rahayu Pengasti, kepada wartawan di sela-sela persiapan pembentukan wadah koordinasi wilayah Sungai Bengawan Solo, di Solo, Jumat. Ia mengatakan, banyaknya DAS yang kritis tersebut disebabkan karena konservasi sumber daya air yang tidak maksimal. Minimnya konservasi SDA, menurut dia, membuat luas lahan kritis di Indonesia saat ini mencapai lebih dari 18,5 juta hektare, dan penyusutan luas daerah resapan air akibat pengembangan pemukiman, perindustrian, serta pemekaran wilayah administrasi. Sebenarnya, ia menilai, permasalahan yang dihadapi sangat klasik, seperti pencemaran air, banjir, kekeringan yang semakin meningkat, kerusakan sungai dan sumber air karena operasional dan pemeliharaan yang tidak memadai, katanya. Melihat kondisi tersebut, dikatakannya, maka sangat perlu untuk segera dibentuk Unit Pelayanan Teknis (UPT) atau balai di lingkungan Ditjen SDA, sehingga melalui unit tersebut, terdapat pembagian wewenang dan tanggungjawab serta penyediaan data serta informasi SDA yang benar dan akurat dari masyarakat. Pembentukan ini diakibatkan dari 133 wilayah sungai, terdapat lima wilayah sungai lintas negara, 27 lintas propinsi, 37 strategi nasional, 51 lintas kabupaten/kota dan 13 wilayah sungai dalam kabupaten/kota, katanya. Sementara itu, "Adanya pembentukan wadah koordinasi pengelolaan SDA ini merupakan hal yang esensial dalam mengakomodasi aspirasi dan kepentingan berbagai pihak yang terkait dengan SDA," kata Direktur Bina Pengelolaan SDA, Ditjen SDA Departemen Pekerjaan Umum, Imam Anshori pada kesempatan yang sama. Ia menimpali, "Persoalan tentang SDA yang dihadapi berbagai negara antara lain soal ketersediaan air per kapita yang semakin menipis, kualitas air pada sumber air kian merosot, peningkatan ketegangan antara perkotaan dan pedesaan, hulu dengan hilir, antara wilayah administrasi serta fungsi sosial, dan ekonomi yang berkelanjutan." Masalah SDA di Indonesia terkait soal ketahanan pangan, dan permasalahan air itu menyebabkan kegagalan panen akibat kekeringan serta banjir, dan dari 7,7 juta hektare daerah irigasi yang terjamin airnya melalui waduk hanya 0,8 juta hektare saja. "Selebihnya, sangat rentan terhadap kekeringan dan banjir," katanya menambahkan. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2007