Yogyakarta (ANTARA News) - Pertumbuhan ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tahun 2006 berada di bawah rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional, seperti halnya beberapa daerah bencana lain. "Pertumbuhan ekonomi DIY tahun 2006 hanya sebesar 3,7 persen, di bawah rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 5,5 persen," kata Pakar Ekonomi Universitas Gadjah Mada (UGM), Mudrajat Kuncoro di Yogyakarta, Jumat. Di lain pihak, menurut dia, beberapa daerah mengalami pertumbuhan ekonomi jauh di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional, seperti Irian Jaya Barat dan Gorontalo. Mudrajat menyebutkan, kesenjangan pendapatan antardaerah di Indonesia sebagian dipengaruhi datangnya bencana di beberapa daerah yang tidak diduga sebelumya. "Gempa 27 Mei silam telah melumpuhkan sektor industri pengolahan berbasis rumah tangga dan usaha kecil menengah di Yogyakarta," katanya. Yang tidak kalah merugi, kata dia, adalah sektor keuangan dan perbankan sebagai pemasok modal utama industri rumah tangga. "Yang terpenting saat ini adalah bagaimana membangkitkan ekonomi DIY dengan mengoptimalkan dana rekonstruksi pascagempa untuk membangun sektor bisnis yang saat ini belum menjadi prioritas," katanya. Sayangnya, kata dia, masih banyak kelompok yang memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan sehingga kucuran dana menjadi tidak efektif. "Padahal kalau dihitung-hitung, dana rekonstruksi yang dikucurkan pemerintah dan bantuan dari berbagai instansi lain lebih dari cukup untuk memberikan pertolongan pertama pada sektor fiskal DIY," katanya.(*)

Editor: Heru Purwanto
COPYRIGHT © ANTARA 2007