Jakarta (ANTARA News) - Perhimpunan Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia (PBHI) menilai PT Freeport merupakan akar masalah yang ada di Papua, sehingga harus segera ditutup. Pernyataan BPHI tersebut terkait dengan peringatan bentrokan 16 Maret 2006 yang terjadi di Unversitas Cenderawasih Jayapura, Papua. Kepala Divisi Kajian dan Kampanye PBHI Gunawan di Jakarta, Jumat mengatakan persoalan yang mendasar di Papua adalah eksploitasi sumber-sumber agraria yang menghasilkan kerusakan lingkungan yang sangat parah. Gunawan menilai sangat ironi, di tengah kekayaan sumber-sumber agrarianya yang sanggup memperkaya segelintir orang di New York dan Jakarta, orang Papua kelaparan dan kedinginan. Kegelisahan orang Papua terhadap situasi tersebut, lanjut Gunawan, bagaikan api dalam sekam yang sangat mudah menjadi ajang provokasi bagi tindakan kekerasan, yang justru menjadi kontraproduktif bagi penyelesaian damai dan demokratis persoalan Papua. Imbas penting dari bentrokan tanggal 16 Maret 2006 adalah, diurungkannya rencana Sidang Istimewa DPRP dan MRP dengan agenda pokok membahas menutup operasi penambangan Freeport di Papua. "Oleh karena itu, PBHI memandang diperlukannya kombinasi antara `agrarian reform` dengan `security sector reform` khususnya di bidang `counter insurgency` dalam rangka penyelesaian damai Papua," katanya. Kasus bentrokan 16 Maret 2006 di Uncen itu, bermula dari insiden kekerasan di Mile 72, ketika pada 21 Februari 2006, Tim Task Force Freeport yang terdiri dari Brimob Polda Papua Detasemen B Timika dan satpam Freeport yang dipimpin AKP I Ketut Surana bentrok dengan rakyat penambang tradisional. Aksi massa yang disertai kekerasan pun terus terjadi, seperti pemblokiran dan pengrusakan di Mile 72-74 Mimika Papua, pengrusakan Plaza 89 Jakarta 23 Februari 2006, pengrusakan Hotel Sheraton Timika Papua 12 Maret 2006, dan Bentrokan 16 Maret 2006 di Universitas Cenderawasih Jayapura Papua. "Setelah berbagai insiden-insiden kekerasan tersebut, aparat maupun rakyat dan para demonstran telah diadili, namun salah satu esensi dari akar permasalahan di Tanah Papua, yaitu Freeport masih tegak kokoh berdiri, bahkan perlawananan atas Freeport seakan mati," demikian Gunawan.(*)

Editor: Heru Purwanto
COPYRIGHT © ANTARA 2007