Jakarta (ANTARA News) - Wakapolri Komjen Pol Makbul Padmanagara meminta para Kapolda menggandeng dunia perguruan tinggi di wilayahnya untuk melakukan tes psikologi bagi anggota Polri yang memegang senjata api. "Psikotes bisa melibatkan perguruan tinggi karena jumlah psikolog yang dimiliki Polri sangat terbatas," kata Makbul di Jakarta, Jumat. Sebelumnya, Wakapowiltabes Semarang, AKBP Lilik Purwanto, Rabu (14/3) meninggal dunia akibat ditembak anak buahnya, Briptu Hance. Briptu Hance sendiri akhirnya meninggal dunia setelah ditembak petugas karena telah menyandera seorang Polwan dan melakukan perlawanan saat akan ditangkap. Diduga masalah itu terjadi karena Hance protes sebab dimutasi ke Polres Kendal. Indonesian Police Watch (IPW) menyebutkan, dalam dua tahun terakhir ini ada delapan kasus polisi menembak keluarga dan orang-orang dekat di sekitarnya. Makbul mengatakan, selain keterbatasan psikolog, Polri juga mengalami kendala pendanaan sehingga butuh kerja sama dengan pihak lain. "Kita harapkan kerja sama dengan dunia perguruan tinggi ini bisa gratis bagi anggota polisi sebab memang tidak ada anggarannya," katanya. Sementara itu, Kepala Bidang Penerangan Umum Divisi Humas Polri, Kombes Pol Bambang Kuncoko mengatakan Briptu Hance tetap mendapatkan hak pensiun dan hak-hak lain sebagai anggota Polri yang meninggal kendati menjadi tersangka penembakan atasannya sendiri. "Ahli warisnya tetap dapat hak pensiun. Karena ia sudah menikah, maka haknya jatuh ke isterinya. Masalah jumlahnya itu tergantung aturan yang ada," katanya. Ia mengatakan, seorang anggota Polri kehilangan hak-haknya hanya jika diberhentikan dengan tidak hormat (PTDH) lewat keputusan dalam sidang. "Hance kan tidak pernah disidang pemecatan. Makanya, hak tetap seperti polisi lain," katanya.(*)

Editor: Heru Purwanto
COPYRIGHT © ANTARA 2007