Jakarta (ANTARA News) - Proses penerimaan pendamping desa telah memasuki tahap seleksi tes tulis yang melibatkan Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang ditunjuk di masing-masing provinsi untuk menjamin transparan dan akuntabel.

"Kita (perguruan tinggi) sudah biasa melakukan seleksi dan tes semacam ini, dijamin tidak akan ada kecurangan. Kita bekerja dengan independen, professional, akuntabel, dan dengan indikator yang sangat terukur," kata Ketua Tim Panitia Seleksi Pendamping Desa Region Jawa Tengah Yusuf Subagyo dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Sabtu.

Akademisi dari Universitas Jendral Soedirman ini mengatakan komposisi tim seleksi pun dibagi untuk menutup celah sekecil apa pun kemungkinan kesalahan. Dari tujuh orang anggota tim seleksi, tiga dari pihak Perguruan Tinggi, dua dari pusat (Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi/DPDTT), dua dari provinsi.

"Dengan komposisi ini, tidak bisa ada orang-orang titipan. Kami pastikan proses seleksi ini independen, tidak ada kepentingan apapun, tidak ada yang bisa menekan," ujar dia.

Dari sisi keterbukaan, lanjut Yusuf, masyarakat juga bisa melihat apa saja indikator kelolosan untuk menjadi pedamping desa, mereka yang lolos nantinya merupakan SDM pilihan yang akan membangun desa.

"Saat proses seleksi tertulis, wawancara, dan verifikasi kompetensinya nilainya pasti bagus. Itu kan secara kuantitatif sudah bisa terukur," katanya.

Seleksi pendamping desa di Jawa Tengah sendiri mencapai 7.648 orang calon dan yang akan diterima sekitar 3.200 peserta. Para peserta ini di tahap tes tertulis harus menjawab 50 soal dengan pasing grade 60 persen dan setelah itu yang lolos akan mengikuti psikotes dan evaluasi dari tim seleksi.

"Yang lolos ujian tes tulis akan mengikuti psikotes Tanggal 1 Juni 2016 dan peserta yang lolos akan dievaluasi oleh Tim Seleksi melalui Uji Kualifikasi dan ditetapkan hasilnya sekitar Tanggal 11-12 Juni 2016," ujar Yusuf.

Sementara itu, Direktur Pemberdayaan Masyarakat Desa Kemementerian DPDTT Taufiq Madjid mengatakan seleksi pendamping desa tahun ini memang berbeda dengan pola rekrutmen tahun lalu. Pihaknya melibatkan perguruan tinggi dalam proses penyeleksian untuk menjaga akuntabilitas rekrutmen tersebut.

"Baik sebagai supporting system maupun pelaksana, kita bekerjasama dengan perguruan tinggi. Pemerintah pusat dalam hal ini hanya penyelenggara, terkait pelaksana sepenuhnya diserahkan kepada Timsel (Tim Seleksi)," ujar dia.

Taufik mengatakan dalam proses penerimaan yang digelar secara terbuka tersebut, Kementerian DPDTT bekerjasama dengan 33 perguruan tinggi negeri yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia.

Adapun tim seleksi terdiri dari tujuh yakni tiga dari perguruan tinggi negeri, dua dari Satuan Kerja yang dibentuk oleh pemerintah daerah, dan dua dari pemerintah pusat. Saat ini, ada 100 ribu lebih calon pendamping desa yang mengikuti tes tertulis.

Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2016