Berlin (ANTARA News) - Kejaksaan Jerman menjalankan proses hukum terhadap 180 orang yang disangka terkait kelompok militan di Suriah menurut Kementerian Kehakiman negara itu pada Jumat (3/6), sehari setelah polisi menahan tiga warga Suriah dengan tuduhan merencanakan serangan.

"Kepala kejaksaan saat ini melakukan 120 proses hukum dari target 180 tersangka yang berkaitan dengan perang sipil di Suriah, atas keanggotaan atau dukungan mereka terhadap organisasi teroris," kata juru bicara Kementerian Kehakiman Philip Scholz seperti dikutip kantor berita AFP.

Secara terpisah, Kementerian Dalam Negeri menyatakan bahwa ada 499 individu yang berpotensi membahayakan dalam hal terorisme.

Kejaksaan federal pada Kamis mengatakan polisi sudah membongkar sel teror yang berencana melancarkan serangan bunuh diri di Kota Duesseldorf atas nama ISIS.

Dua penyerang diduga berencana meledakkan rompi bunuh diri sementara pelaku lainnya akan membunuh para pelintas dengan senjata dan peledak di satu jalan utama Duesseldorf, menurut pernyataan kejaksaan.

Para tersangka diidentifikasi sebagai Hamza C. (27), Mahood B. (25), dan Abd Arahman A.K. (31), yang ditangkap di negara bagian Bradenburg dekat Berlin, North Rhine-Westphalia dan Baden-Wurttemberg. 

Warga Suriah yang keempat, Saleh A. (25) sudah ditahan di Prancis sejak dia menyerahkan diri pada Februari menurut mereka dan Jerman sekarang sedang mengajukan permintaan ekstradisi.

Saleh A. mendatangi kantor polisi di bagian utara Paris pada 1 Februari, memberi tahu petugas bahwa dia "memiliki sejumlah informasi mengenai satu sel tidur yang siap menyerang Jerman" menurut sumber kehakiman Prancis.

Dia ditahan selama empat hari dan diinterogasi oleh polisi anti-teror.

"Pernyataannya mengantar ke investigas dengan otoritas Jerman...mengantar ke penangkapan para tersangka ini," kata sumber itu menambahkan.

Tersangka terdaftar sebagai pencari suaka sejak 16 Oktober 2013 di Kaarst, North Rhine-Westphalia menurut juru bicara pemerintah kota.

Dia menyerahkan diri karena dia tidak ingin anaknya tumbuh dengan ayah teroris menurut siaran harian Sueddeutsche Zeitung.


Editor: Maryati
COPYRIGHT © ANTARA 2016