Bangkok (ANTARA News) - Kelompok militan Islam di Thailand selatan, yang menjadi daerah bergolak, menerapkan taktik Al-Qaeda, kata seorang jenderal terkemuka Thailand, Rabu, setelah terjadinya gelombang serangan acak terhadap penduduk sipil. Meningkatnya aksi kekerasan berdarah ini menunjukkan meningkatnya pengaruh kelompok militan tersebut, kata Jenderal Watanachai Chaimuanwong kepada AFP. Wilayah yang sebagian besar berpenduduk Muslim di sepanjang perbatasan Thailand selatan dengan Malaysia itu mengalami aksi kekerasan separatis sejak Bangkok menganeksasi wilayah tersebut seabad yang lalu. Tetapi, Watanachai, penasehat keamanan tertinggi pada Perdana Menteri (PM) Thailand, Surayud Chulanont, mengatakan bahwa sementara generasi-generasi sebelumnya dari pemberontak dimotivasi oleh semangat kebangsaan, saat ini para militan menunjukkan kecenderungan besar ke arah ekstrimisme keagamaan. "Ini adalah sekelompok pemuda militan yang ingin menentang kelompok-kelompok tua. Operasi-operasi yang mereka lakukan lebih mengerikan dan lebih kejam sebab mereka mengimpor teknik-tekniknya dari Al-Qaeda dan Taliban dengan tujuan membentuk negara Islam yang murni," katanya. Watanachai mengatakan, para militan merekrut mahasiswa-pelajar dari sekolah-sekolah Islam disamping pemuda-pemuda pengangguran. "Ada lebih dari 20.000 anggota militan aktif di tiga provinsi selatan ini, tapi perekrutan mereka sekarang melambat karena pemerintah telah mengenakan pengawasan-pengawasan yang ketat terhadap sekolah-sekolah berasrama," katanya. Watanachai mengatakan, pemerintah mengharapkan gelombang kekerasan mereda setelah Thailand dan Malaysia bulan lalu menyetujui ditingkatkannya kerjasama untuk menghentikan kerusuhan yang telah menewaskan lebih dari 2.000 orang selama tiga tahun terakhir. Para pemberontak juga berjuang untuk merekrut anggota-anggota baru dari luar provinsi Narathiwat, Pattani dan Yala, kata mantan kepala militer Thailand itu. Sebagai hasilnya, menurut dia, para pemberontak kesulitan untuk melakukan serangan-serangan di luar wilayah itu. Meskipun demikian, dia secara hati-hati mengatakan bahwa pemerintahnya sekarang sedang mengaitkan para pemberontak dengan serangkaian pemboman yang menelan banyak korban di Bangkok bertepatan dengan Malam Tahun Baru 2007, dan menewaskan tiga orang, serta mencederai 40 orang lainnya. Dia menegaskan bahwa serangan-serangan itu tidak berkaitan dengan kerusuhan di selatan. Dikatakan bahwa seseorang telah menghubung-hubungkan dengan gejolak politik di Bangkok, dengan memanfaatkan para militan melakukan serangan-serangan untuk melanjutkan kepentingan-kepentingan mereka. "Penemuan-penemuan alat peledak membuktikan jenis ini telah digunakan secara meluas di selatan, dan orang-orang yang membuat bom adalah kaum militan yang bekerja di selatan, namun mereka menggunakan orang lain untuk melakukan sejumlah serangan untuk kepentingan-kepentingan lain," demikian Watanachai. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2007