Manila (ANTARA News) - Mantan Ibu Negara Filipina, Imelda Marcos, sedang mempertimbangkan rencana kembali ke kancah politik hanya dua bulan sebelum pelaksaan pemilu sela di negara itu. Bertemu dengan para pendukungnya di sebuah hotel di Manila pada Rabu tengah malam, Imelda mula-mula mengatakan bahwa dirinya akan menjauhkan dari "politik pecah-belah" dan tidak memiliki niat untuk menduduki posisi apapun yang akan diperebutkan dalam pemilu tersebut. Namun, setelah menerima "manifesto dukungan" berisi 150 ribu tandatangan dari pendukungnya yang mendesaknya untuk mencalonkan diri sebagai walikota Manila, ia pun mengatakan "Saya akan melakukan itu." Sebelumnya kepada wartawan ia mengatakan: "Saya telah ditanya oleh sejumlah pemimpin kami, tapi saya pikir saya dapat lebih bermanfaat, bukan saja buat Manila, tapi juga rakyat Filipina jika saya tidak memasuki "politik pecah-belah". Namun pikirannya berubah saat melihat para pendukungnya yang telah menunggu beberapa jam di lobi hotel untuk menemuinya. Jika dia memilih ikut mencalonkan diri sebagai walikota Manila, lawan terberat mantan ratu kecantikan itu adalah Alfredo Lim, mantan senator dan polisi yang dijuluki "Manila`s Dirty Harry" karena kampanyenya anti-kejahatan. Rakyat Filipina akan melangsungkan pemilu pada 14 Mei untuk memilih 12 senator, 250 anggota DPR, dan lebih dari 17.000 walikota, gubernur, dan pejabat lokal lainnya. Sebagai Ibu Negara Filipina selama 20 tahun rezim suaminya, diktator Ferdinand Marcos, Imelda menjalani gaya hidup jet-set. Dia telah membangun sebuah pusat konvensi raksasa dan jalan-jalan bebas hambatan saat negaranya bangkrut, sehingga banyak kampung kumuh bermunculan di daerah pinggiran kota Manila. Suaminya ditumbangkan dari kekuasaannya pada 1986, memaksa mereka hidup di pengasingan di Hawaii, tempat diktator itu meninggal tiga tahun kemudian. Keluarga Marcos diperkirakan telah mencuri 10 miliar dolar AS dari harta negara, demikian AFP.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2007