Jakarta (ANTARA News) - Perempuan pengarang dari Kanada, Camilla Gibb, menilai bahwa perlunya mengembangkan dialog antar-peradaban Barat dan Islam melalui karya sastra. "Janganlah kita memperparah peperangan antara Barat dengan Islam," katanya dalam seminar "Sastra Perempuan dan Agama dalam Sastra," di Jakarta, Kamis (22/3). Hal itu, menurut dia, justru akan memperkeruh suasana, dan semakin menjauhkan dunia dari perdamaian. Antropolog tersebut mengemukakan, setiap kekerasan yang terjadi mengakibatkan korban di kalangan masyarakat sipil. "Terutama, kaum wanita yang harus menjadi korban setiap terjadinya tindak kekerasan," kata pemenang penghargaan buku Trillium 2006 di Kanada tersebut. Menurut Camilla, sejak peristiwa 9 September 2001, terjadi kekacauan di media massa, karena Muslim di seluruh dunia menjadi subjek pemberitaan yang memuat stereotipe Barat, sehingga mengakibatkan terjadinya tindakan rasial dan ketakutan tehadap ajaran Islam (Islamophobia), termasuk yang sebenarnya bermanfaat dalam tatanan sosial. "Muslim harus dipahami sebagai entitas yang memiliki keragaman dengan berbagai macam penerapan ajarannya. Di Indonesia lain dengan di Pakistan, lain di Timur Tengah, Iran atau Ethiopia," kata penulis yang bukunya telah diterjemahkan ke dalam 14 bahasa di 18 negara tersebut. Untuk itu, dia mengatakan, perlunya penyemaian pesan perdamaian tersebut melalui karya sastra. "Karena, Sastra memiliki kemampuan untuk transformasi," kata lulusan Universitas Oxford di Inggris tersebut. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2007