Kupang (ANTARA News) - Aktivitas Gunung Batubara yang terletak di Pulau Komba, NTT, meningkat pada Jumat dengan mengeluarkan awan panas setinggi 1.500-2.000 meter dari puncak dan memicu ombak di perairan Kabupaten Lembata mencapai 1,5 meter. Gunung yang terletak di pulau tak berpenghuni dan berjarak sekitar 500 kilometer dari daratan Lembata itu, tampak mengeluarkan asap tidak hanya dari kawah di puncak gunung, tetapi juga dari sisi kiri dan kanan, serta bagian lereng, demikian menurut Bupati Lembata Andreas Duli Manuk. Kata Andreas, sebuah tim dari posko pengamatan gunung api di Balauring, Kecamatan Buyasuri, Kabupaten Lembata sudah diterjunkan ke pulau itu untuk memantau dari dekat aktivitas gunung yang tingginya 750 meter dari permukaan laut tersebut. Meski diyakini belum membahayakan keselamatan masyarakat di pesisir Pulau Lembata seperti di Kecamatan Buyasuri, Omesuri, dan Lebatukan, namun Bupati mengingatkan agar mereka yang bermukim di daerah itu berhati-hati. "Kita himbau mereka untuk tetap waspada. Para petugas yang sudah kita sebar ke berbagai posko yang ada diharapkan tetap memberikan laporan kepada masyarakat sekitarnya agar mereka tidak panik," ujarnya. Duli Manuk mengakui bahwa laporan mengenai meningkatnya aktivitas Gunung Batubara itu sudah ia terima dari Direktorat Vulkanologi di Bandung sejak 19 Maret lalu, tetapi karena letak gunung yang jauh dari daratan Lembata, pemantauan tidak dapat dilakukan dengan efektif. Di kepulauan NTT terdapat lebih dari 10 gunung api dengan tipe letusan yang berbeda-beda. Gunung Batubara yang berstatus aktif normal ini merupakan tipe gunung api bawah laut dengan sifat letusan freatik dan eksplosif. Gunung Batubara hanya bisa dilihat puncaknya dari ujung timur Pulau Adonara dan Lembata, itu pun harus pada pagi atau senja hari atau pada saat air laut tenang. Kemudian Gunung Ine Like di Bajawa, Kabupaten Ngada, Pulau Flores memiliki sifat letusan eksplosif. Gunung api tipe strato (kerucut) ini memiliki ketinggian sekitar 1.559 meter di atas permukaan laut. Gunung Ebulobo (Strato) yang juga terletak di Bajawa, Kabupaten Ngada memiliki sifat letusan strombolin dengan awan panas. Gunung dengan status aktif normal ini memiliki ketinggian sekitar 2.123 meter dari atas permukaan laut. Di Kabupaten Ende, Pulau Flores terdapat Gunung Iya dengan ketinggian 637 meter dari atas permukaan laut, memiliki tipe, sifat serta status yang sama seperti Gunung Ebulobo, Gunung Rokatenda di Pulau Palue, Kabupaten Sikka (Flores) yang tingginya 875 meter dari permukaan laut. Kemudian Gunung Egon di Kabupaten Sikka yang tingginya 1.703 meter dari permukaan laut. Gunung ini termasuk tipe gunung api strato dengan status aktif normal dengan sifat letusannya freatik. Sementara, gunung api Lewotobi Laki-Laki (1.584 meter) di Kabupaten Flores Timur yang berstatus aktif normal memiliki sifat letusan strombolin, sedang gunung api Lewotobi Perempuan (1.703 meter) yang tumbuh di sisi Lewotobi Laki-Laki memiliki sifat letusan eksplosif. Ada pula Gunung Lero Boleng (1.117 meter) di Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur, dengan tipe, sifat serta status yang sama seperti gunung api Lewotobi Laki-Laki. Selain Lero Boleng, di Flores sebelah timur juga terdapat Gunung Boleng tepatnya berada di Pulau Adonara yang tingginya 1.659 meter dan memiliki sifat letusan eksplosif dengan status aktif normal. Kemudian Gunung Lewotolok atau yang lebih populer dengan sebutan Ile Ape (1.319 meter) di Pulau Lembata, Kabupaten Lembata, memiliki sifat letusan eksplosif dengan status aktif normal seperti Ile (gunung) Labalekan (1.018 meter) yang berada di selatan Pulau Lembata. Gunung Sirung (862 meter) yang terletak di selatan Pulau Pantar, Kabupaten Alor, memiliki sifat letusan freatik dengan status aktif normal, gunung Ranaka (2.137) di Kabupaten Manggarai (Flores) yang berstatus aktif normal, memiliki sifat letusan berupa pembentukan kubah lava dan awan panas. Sementara, gunung Ine Rie di Kabupaten Ngada (Flores) setinggi 2.205 meter dari permukaan laut yang berstatus aktif normal, memiliki sifat letusan eksplosif.(*)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2007