Jakarta (ANTARA News) - Adegan-adegan menghentak dalam sinetron yang diterjemahkan dalam kekerasan verbal maupun fisik, kata Slamet, telah mengaburkan budaya bangsa Indonesia yang ber-Pancasila. "Kok jadinya seakan-akan Indonesia ini tidak punya Pancasila saja," kata Slamet. Meski demikian Slamet tetap mengakui televisi telah memberikan banyak keuntungan kepada seniman, namun hal ini tidak membuatnya tergiur, ia mengaku masih berpegang teguh pada prinsipnya untuk memberikan pendidikan melalui kesenian atau akting. Menurut aktor kawakan ini, dirinya harus 'pilih-pilih' dalam berakting karena tidak ingin berakting untuk sebuah tayangan yang hanya akan membodohi masyarakat. Keprihatinan Slamet terhadap televisi saat ini tidak tanpa sebuah solusi, ia pun mengusulkan untuk membuat sebuah tayangan tandingan untuk mengimbanginya. "Televisi kita 'biarin' saja seperti sekarang karena ada yang beruntung di situ. Kalau ada yang merasa tidak diuntungkan, maka buat tandingan yang bagus, orang akan datang ke kita. Tetapi kalau mereka lebih kuat ya jangan menyesal kalau kalah, karena mereka buat sensasi yang disenangi orang," kata Slamet. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2007