Jakarta (ANTARA News) - Novelis perempuan asal Kanada, Camilla Gibb sangat ingin Islam tergambar damai dalam karya sastranya. "Gambaran Islam di Barat kurang menggembirakan apalagi sejak terjadinya kekacauan 9/11 2001, media massa Barat selalu mengasumsikan Islam dengan hal-hal yang buruk, dan memberikan stereotipe negatif terhadap Islam," kata Camilla, dalam acara diskusi dengan Forum Lingkar Pena, di Jakarta, Sabtu. Padahal menurut doktor antropologi lulusan Universitas Oxford tersebut, Islam memiliki ragam yang luas yang termanifestasi dalam masyarakat. Untuk itu dirinya merasa terpanggil untuk menulis tentang Islam. Agar mendapatkan gambaran yang benar tentang Islam, perempuan non Muslim tersebut belajar Islam di Mesir selama 1,5 tahun kemudian tinggal di keluarga Islam selama 1,5 tahun di Ethiopia. "Untuk memperoleh informasi yang lebih akurat kita harus menyelami sumbernya," kata penulis yang bukunya telah diterjemahkan dalam 14 bahasa tersebut menjelaskan usahanya menghindar dari asumsi tentang Islam di Barat. Hasilnya sebuah karya novel berjudul "Sweetness In The Belly" yang berlatar belakang Ethiopia dan London dengan tokoh seorang muslim `bule` bernama Lilly. Novel yang mendapatkan penghargaan `Trillium 2006` di Kanada tersebut menyajikan Islam yang dimaknai oleh masyarakat dan budayanya. "Islam yang memiliki warna, Islam tidaklah tunggal seperti yang dipersepsikan oleh Barat, bahwa semua Islam adalah terorris. Islam yang memiliki cinta damai tidak pernah diangkat ke permukaan, inilah yang ingin diceritakan dalam novel ini, Islam yang penuh cinta," kata penulis yang juga mempelajari Al-Quran tersebut. Sementara itu Penulis yang karyanya telah diterbitkan di 18 negara tersebut mengatakan memilih novel sebagai medianya karena novel mampu menjangkau kalangan yang lebih luas dibandingkan karya jurnalistik ataupun akademik. "Novel bisa dibaca dikalangan yang lebih luas dan lebih menyentuh perasaan, kemanusiaan, mampu mneggambarkan tanpa menggurui dibandingkan karya jurnalistik atau akademik yang lebih menggurui, dan kering, serta hanya kalangan tertentu saja" kata Camilla. Dan novel menurut Camilla Gibb mampu membuat perubahan sosial di masyarakat. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2007