Jakarta (ANTARA News) - Kedutaan Besar Jepang untuk Indonesia bersama dengan beberapa organisasi beladiri menggelar demonstrasi seni beladiri asal Negeri Matahari Terbit tersebut dalam "Festival Budosai". Festival yang digelar pada hari Minggu (25/3) di Jakarta tersebut mendemonstrasikan enam seni beladiri asal negeri sakura (Jepang), yaitu Kempo, Judo, Iaido, Jujitsu, Karate dan Aikido. Sementara itu, seni beladiri asal Indonesia, pencak silat, juga turut serta memeriahkan festival tersebut. "Festival ini diselenggarakan untuk memperkenalkan seni beladiri asal Jepang kepada masyarakat Indonesia," kata Direktur Penenerangan dan Kebudayaan Kedutaan Besar Jepang, Yosihara Kato. Festival Budosai tersebut diawali dengan permainan drum tradisional Jepang oleh para pemain yang tergabung dalam grup Taiko. Delapan orang yang berpakaian ala Jepang bergambar belakang seorang wanita bewarna biru dengan sepatu hitam yang tipis berbahan beludru menabuh alat drum tradisional yang terbuat dari kayu seperti bedug. Para penabuh dengan lincah beratraksi melompat dan menari sambil menabuh drum tersebut, sambil mendendangkan musik asal Jepang berjudul `Matsuri` (festival). Setelah itu giliran para petarung `Iaido` mempertunjukkan gerakan-gerakan seni beladiri tersebut. Para pemain menggunakan samurai dari kayu. Seni beladiri Kempo beraksi seusai penampilan Iaido. Para pemain dalam seni beladiri Kempo kali ini kebanyakan adalah usia anak-anak. Dengan mengenakan seragam warna hitam dan putih para pemain memeragakan beberapa gerakan dan jurus dalam Kempo. Selain itu, para pemain juga memeragakan teknik bertempur dengan cara duel. Karate mulai diperagakan setalah para penampilan dari Kempo selesai. Para penampil karate dalam festival tersebut merupakan para pemain senior Indonesia yang telah meraih berbagai macam penghargaan. Setelah itu, giliran Jujitsu yang memeragakan berbagai teknik kuncian dan pitingan. Penampil peragaan Jujitsu tersebut selain dari kalangan sipil juga dari kalangan militer. Kemudian Aikido dengan teknik `keseimbangan alamnya` memeragakan berbagai jurus mengalahkan lawan dengan memanfaatkan keseimbangan gerak. Judo yang ditampilkan oleh para anak-anak usia TK hingga SD menjadi tampilan seni beladiri berikutnya. Dalam tampilannya tersebut, diperagakan gerakan sapuan dan bantingan. Festival tersebut akhirnya ditutup dengan penampilan seni beladiri asal Indonesia, pencak silat. Para pesilat dari Bali, Jawa Barat, Bukittinggi, dan Jakarta memeragakan berbagai gerakan pencak silat. Gaya pencak silat terkenal seperti "ciung wanara" juga diperagakan dalam festival itu. Sebanyak sebelas orang pesilat dengan mengenakan seragam warna hitam dengan ikat kepala, berlompatan, membanting, menendang, memukul dan menari. Penampilan pencak silat tersebut diiringi dengan paduan musik dari daerah Bali, Minang, dan Jawa Barat. Suara musik yang menggema keras dan cepat saat para pesilat memeragakan gerakan-gerakan duel yang cepat membuat jantung seakan ikut terpacu. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2007