Bengkulu (ANTARA News) - Taman Wisata Alam (TWA) Way Hawang yang berjarak sekitar 13 kilometer dari Kabupaten Kaur, Bengkulu, mengalami kerusakan parah akibat abrasi air laut. Kepala Koordinator Polisi Hutan (Polhut) Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu Anthoni, Senin, mengatakan, tim BKSDA sudah melakukan inventarisir kerusakan TWA di Way Hawang itu. "Berdasarkan hasil survei dan iventarisir, kerusakan TWA Way Hawang diperkirakan sudah mencapai 80 persen dari luas ketika penetapan kawasan tersebut seluas 64 hektare," ujarnya Dahulu ketika Way Hawang ditetapkan menjadi TWA bentuknya seperti tanjung, namun sekarang sudah hampir membentuk teluk akibat abrasi oleh ombak air laut. Mengenai luas lokasi yang sudah habis akibat abrasi belum bisa dipastikan karena pihaknya masih melakukan pendataan dan pengukuran secara menyeluruh terhadap kawasan tersebut. BKSDA menyatakan tidak bisa berbuat banyak mengatasi abrasi tersebut karena penyebab kerusakan murni akibat perubahan alam bukan karena ulah tangan manusia. Untuk menyelamatkan kawasan tersebut pihaknya sudah berupaya melakukan penghijauan di sekitar kawasan, namun tingginya gelombang air laut tetap mengikis pinggiran pantai. Apalagi laut Bengkulu merupakan laut lepas dan berhadapan langsung dengan Samudera Indonesia sehingga gelombangnya cukup tinggi. Walaupun kerusakan sudah cukup parah, tim tetap berupaya menyelamatkan kawasan tersebut karena merupakan salah satu aset wisata Bengkulu apalagi panorama alam di sekitar kawasan tersebut cukup indah dan perlu untuk dilestarikan. Sementara itu Kepala Bagian Pengendalian Ekosistem Hutan BKSDA Bengkulu Ika Budianti mengatakan, pihaknya akan melakukan iventarisir terhadap sejumlah obyek wisata alam baru untuk dikembangkan dan dijadikan TWA. "Survei dilakukan di kawasan hutan lindung dan hutan konservasi yang mungkin bisa dikembangkan menjadi TWA. TWA baru itu diharapkan bisa menarik minat wisatawan berkunjung ke Bengkulu," katanya. BKSDA menetapkan beberapa kriteria penilaian untuk menetapan TWA seperti daya tarik, bobot dan habitatnya serta mempunyai keunikan tersendiri sehingga ada yang membedakan dengan daerah lain. "Keutuhan Sumber Daya Kawasan (SDK) seperti keindahan alam yang masih asri, serta kenyamanan pegunjung ketika sedang berada di daerah tersebut juga menjadi penilaian," katanya. Kriteria lainnya, sarana transportasi karena Air Terjun Sembilan Tingkat di kawasan Taman Nasional Kerinsi Seblat mempunyai bobot nilai yang cukup bagus, tapi tidak didukung sarana transportasi, sulit untuk dikembangkan. Untuk menetapkan TWA perlu dukungan dari semua pihak terutama Pemda dan masyarakat sekitar lokasi, terutama dalam penyediaan jalan menuju kawasan tersebut sehingga dengan mudah dapat dikunjungi oleh wisatawan.(*)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2007