London (ANTARA News) - Petenis Prancis Tsonga terlibat dalam pertarungan lima set yang sangat panjang dengan John Isner di Wimbledon, di mana ia memiliki perasaan "deja vu" tentang hal ini.

Bagaimanapun, Jo-Wilfried Tsonga memastikan ia tidak berakhir sebagai sosok yang kalah sebagaimana rekan senegaranya enam tahun silam, setelah ia menyelamatkan match point untuk mengalahkan sang petenis AS dengan skor 6-7 (3), 3-6, 7-6 (5), 6-2, 19-17 pada Minggu.

Pukulan voli backhand akhirnya membawa Tsonga melaju ke putaran keempat setelah memainkan drama selama empat jam 24 menit, di mana set kelima sendiri berlangsung selama dua jam delapan menit.

Isner menggenggam match point saat Tsonga melakukan serve sambil memimpin 16-16, namun petenis Prancis itu melepaskan pukulan forehand kemenangan untuk menjaga peluangnya dan 16 menit kemudian ia menjadi pihak yang melompat untuk merayakan kemenangan.

"Rasanya menyenangkan untuk dapat sehidup ini," kata Tsonga sambil menyeringai setelah ia mengamankan tiket putaran keempat untuk berhadapan dengan rekan masa kecil dan kompatriotnya Richard Gasquet.

Dibandingkan dengan Isner dan perjuangan tiga hari Mahut pada "pertandingan tanpa akhir" -- yang berlangsung selama 11 jam, lima menit, dan dipuncaki dengan petenis AS itu memenangi set terakhir dengan skor 70-68 -- kelas 2016 tidak pernah memperlihatkan level pertarungan penuh adu daya tahan yang selesai dalam waktu dua hari.

Meneruskan permainan dengan kondisi Isner memimpin 7-6(3), 6-3, 6-7(5), Tsonga hanya memerlukan waktu 25 menit untuk menyamakan kedudukan pada Minggu dan membuat laga itu harus dilanjutkan dengan set kelima.

Saat set tersebut dimainkan, satu-satunya break point sebelum gama ke-32 di set itu adalah pada kedudukan 5-5, namun Isner tidak mampu memanfaatkan peluang.

Ketika Tsonga dan Isner hanya sedikit memperlihatkan tanda-tanda mengendur, wasit Carlos Bernandes tidak mampu mengikuti kekuatan mereka dan terlihat kelelahan, mengumukan "Isner memimpin 16...sss... lawan...15" ketika pertandingan memasuki jam kelima.

Namun beberapa saat kemudian, Isner kelihatannya akan mengakhiri penantian panjang Bernandes dalam menunaikan tugasnya.

Sang unggulan ke-18 mencapai match point setelah Tsonga mengakhiri pertukaran bola di dekat net -- yang menampilkan smash bergaya "slam dunk" dan pengembalian voli secepat kilat -- dengan mengarahkan voli back hand keluar garis.

Tsonga bereaksi terhadap krisis itu dengan mengambil bola keluar dari Lapangan Dua untuk meredakan rasa gugupnya, dan kemudian menjaga peluangnya melaju dengan pukulan forehand kemenangan sebelum memenangi dua angka selanjutnya.

Unggulan ke-12 asal Prancis itu, yang memulai pertandingan dengan menyuarakan kekhawatiran "ini akan berjalan panjang seperti Nicolas (pada 2010)" akhirnya mampu memecah kebuntuan untuk unggul 18-17 setelah lawannya melepaskan pukulan forehand melebar.

Double fault pada match point pertamanya membuat jantung tetap berdegup kencang, namun satu angka selanjutnya ia mengangkat kedua tangannya dan melompat untuk merayakan keberhasilan.

"Mudah-mudahan saya akan memiliki pemulihan yang bagus dari yang satu ini dan bugar untuk bermain pada besok hari," kata Tsonga, yang memiliki rekor 6-0 pada pertandingan-pertandingan lima set di Wimbledon.

Untuk Isner, ia merasa bahwa Tuhan berkonspirasi untuk mengalahkannya sebagaimana ia merasa seperti "selalu memiliki jadwal seperti ini" setelah hujan membuat dirinya tidak dapat menjalani hari istirahat pada turnamen tahun ini, demikian Reuters melaporkan.

(H-RF)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2016