Jakarta (ANTARA News) - Bank Pembangunan Asia (ADB) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2007 akan mencapai enam persen dan 6,3 persen pada 2008 dengan didorong oleh belanja pemerintah dan investasi. "Turunnya suku bunga diharapkan mendorong investasi dan konsumsi, demikian pula dengan investasi tetap bruto yang juga akan meningkat," kata kepala perwakilan ADB di Indonesia Edgar A Cua saat menyampaikan laporan Proyeksi Pembangunan Asia 2007 di Jakarta, Selasa. Menurutnya, dalam enam bulan ke depan, pemerintah harus menyelesaikan agenda reformasi secepat-cepatnya, melaksanakan proyek-proyek infrastruktur secara prosedural dan transparan sehingga menarik investasi, dan menyelesaikan regulasi-regulasi yang belum selesai mengingat pada tahun 2008 diperkirakan fokus para pelaku ekonomi sudah akan bergeser pada sektor politik menjelang Pemilu 2009. Untuk menarik investasi, jelasnya, hal penting yang harus diperhatikan pemerintah, yaitu kepastian hukum dan peraturan serta transparansi. Pengesahan UU investasi, menurutnya, juga tidak akan secara langsung menarik investasi asing karena harus disiapkan peraturan-peraturan pelaksanaan pendukung. "Semua prospek ini akan tergantung dari strategi dalam menerapkan kebijakan-kebijakan yang telah diambil, serta mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menghadapi tantangan internal dan eksternal," katanya. Sementara itu, Project officer ADB untuk keuangan dan UKM Hari Purnomo menyebutkan ADB memperkirakan inflasi pada 2007 akan mencapai kisaran 6,2 persen dan 6,1 persen pada 2008, dengan syarat pemerintah terus menyediakan subsidi untuk pengadaan listrik dan terus menjaga harga bahan makanan, terutama beras. "Kita berharap inflasi tetap dalam kisaran yang bisa diatur oleh pemerintah, tapi memang ada nilai yg harus dibayar pemerintah yaitu dengan keinginan untuk mempertahankan harga listrik itu otomatis beban pemerintah dalam subsidi listrik sangat besar," katanya. Dia bahkan mengatakan, pemerintah dapat memikirkan kemungkinan untuk mengurangi subsidi listrik sehingga terdapat ruang fiskal untuk melakukan pembangunan. Investasi modal tetap bruto, menurutnya, akan tumbuh menjadi 25-27 persen dari PDB, atau 9 persen dari tahun lalu. Sedangkan, kinerja ekspor non migas yang pada 2006 memberi kontribusi sangat besar pada pertumbuhan, akan mengalami kenaikan perlambatan pada 2007 dari 18,1 persen pada 2006 menjadi 10 persen secara nominal tahun ini karena terjadinya perlambatan pertumbuhan pada beberapa pasar ekspor. "Impor diperkirakan akan mengikuti pertambahan kebutuhan investasi," katanya. Belanja pemerintah diperkirakan akan tumbuh 1,4 persen poin menjadi 22,4 persen dari PDB, dimana belanja pembangunan akan naik 25 persen dari 3,2 persen dari PDB pada 2006 menjadi 3,6 persen pada 2007. Untuk surplus neraca berjalan diperkirakan turun menjadi 1,0 persen terhadap PDB dan menjadi 0,7 persen pada 2008. Padahal pada 2006, surplus neraca berjalan mencapai 9,6 miliar dolar AS atau 2,6 persen dari PDB Laporan itu juga menyebutkan, defisit diperkirakan melebihi 1,1 persen dari PDB mengingat berbagai alasan, yaitu banjir pada Januari 2007, lumpur Lapindo di Jawa Timur, gempa bumi di Padang dan impor beras. "Jadi angka proyeksi pertumbuhan kita itu telah memperhitungkan akibat bencana alam dan lumpur Lapindo," kata Hari.(*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2007