Jenewa (ANTARA News) - Sebanyak 44 remaja dari Pantai Gading, yang dijanjikan karir sepakbola gemilang di Eropa oleh agen nakal, terpaksa pulang ke kampung halaman setelah mereka hidup terlantar di Mali, kata sebuah badan internasional, Selasa. Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) mengatakan insiden tersebut merupakan salah satu yang terungkap dan masih banyak lagi di Afrika dengan agen-agen nakal yang membujuk para pemuda Afrika untuk bermain sepakbola di Eropa. Para orangtua remaja berusia 16 higga 18 tahun, yang bermain untuk klub yunior setempat di daerah miskin di pinggiran ibukota Abidjan, diminta untuk membayar 300.000 franc CFA (600 dolar AS), agar anak-anak mereka bisa bermain di klub-klub terkemuka Eropa. Akan tetapi, anak-anak itu diselundupkan ke negara tetangga, Mali, tiga bulan lalu, kata IOM, seperti dikutip AFP. Kelompok anak-anak muda itu ditemukan dalam penggerebegan polisi baru-baru ini sedang tidur di lantai sebuah rumah di kota Sikasso dengan sedikit makanan, kata Jurubicara IOM, Jemini Pandya. Agen palsu itu dan ketua klub tempat mereka bermain, Yopougon, ditangkap dan menghadapi tuduhan pidana. "Semakin banyak pemuda Afrika yang dilaporkan dibujuk pergi ke Eropa dengan janji ketenaran dan kekayaan, tetapi ternyata yang terjadi tanpa uang dan kontrak dalam situasi menyedihkan," kata Pandya. "Impian pergi ke Eropa sangat besar di Afrika Barat, sepak bola merupakan daya tarik sangat besar," tambahnya. Pemuda Pantai Gading dikatakan sangat tertarik untuk menjadi pemain sepak bola di Eropa, sehingga mereka menjadi pemain profesional dan bisa mengirim uang ke keluarga mereka di kampung halaman. IOM tidak bisa memberi keterangan tentang jumlah yang tepat permasalah tersebut yang ada. Badan itu dan Dana Anak-Anak PBB (UNICEF) telah bekerjasama dengan Pemerintah Pantai Gading untuk memberikan dukungan psikologi kepada para pemuda itu dan untuk menimbulkan kesadaran tentang bahaya tawaran palsu dari agen-agen nakal. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2007