Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah mengarahkan kebijakan fiskal 2008 pada upaya peningkatan daya beli masyarakat (dorongan peningkatan konsumsi) dan dorongan investasi guna mencapai pertumbuhan eknomi hingga 6,8 persen. "Pemerintah menaruh pertumbuhan ekonomi itu didukung dengan kebijakan fiskal. Ada dua yang paling kritis yaitu konsumsi masyarakat dan dorongan investasi," kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Departemen Keuangan, Anggito Abimanyu, di Jakarta, Kamis. Anggito menyebutkan produk domestik bruto( PDB) Indonesia pada 2006 mencapai sebesar sekitar Rp3.700 triliun, diharapkan pada 2008 akan mencapai sekitar Rp4.200 triliun. Konsumsi diharapkan memberikan kontribusi sekitar 60 persen dari total peningkatan itu. Menurut dia, untuk mendorong peningkatan konsumsi itu pemerintah sudah menyiapkan berbagai program yang dapat meningkatkan income riil masyarakat, program pengentasan kemiskinan. Di lain pihak pemerintah berupaya menekan laju inflasi sehingga tingkat bunga tidak meningkat. "Yang terakhir sangat penting karena penerimaan yang naik tidak akan ada artinya apa-apa jika inflasinya tinggi. Inflasi harus dijaga sehingga income riil masyarakat naik," jelasnya. Sementara dalam upaya mendorong peningkatan investasi, pemerintah akan meningkatkan belanja pemerintah dalam rangka penyediaan infrastruktur yang diharapkan mendorong adanya investasi dari dunia usaha. "Kalau belanja untuk infrastruktur meningkat maka akan terjadi akselerasi dan akhirnya menciptakan lapangan pekerjaan," katanya. Anggito menyebutkan, pemerintah akan mengalokasikan jumlah anggaran dengan peningkatan yang cukup signifikan dalam belanja infrastruktur, makanya beberapa waktu lalu disebutkan bahwa anggaran untuk sektor pekerjaan umum dan perhubungan naik signifikan dalam anggaran," jelasnya. Pemerintah juga mendorong investasi yang dikembangkan melalui pola public private partnership (PPP), apakah itu infrastruktur listrik, pengadaan jalan, bandara, pelabuhan, dan sebagainya. Dalam pelaksanaan atau pembangunan proyek-proyek infrastruktur yang prioritas, pemerintah juga menyediakan pembagian risiko terhadap pihak swasta. Mengenai ekspor, Anggito mengatakan diharapkan ekspor juga mengalami peningkatan sehingga memberi kontribusi pada pertumbuhan ekonomi. "Kita harapkan daya saing kita semakin bagus karena bahan baku semakin murah, ada dukungan UU bidang Perpajakan yang baru, UU tentang Penanaman Modal, UU tentang Kepabeanan, fokus industri nasional, dan negosiasi yang lebih bagus. Itu semua akan mendorong kita ke pasar terbuka di perekonomian dunia," katanya. Menurut dia, pemerintah optimis volume ekspor RI pada tahun 2008 akan lebih besar dan nilainya pun lebih tinggi dari yang sekarang. "Produk unggulannya antara lain CPO, tekstil dan produk tekstil (TPT), dan elektronik. Produk TPT masih bagus karena sizenya besar. TPT itu bukan hanya tekstil tetapi juga produk lainnya seperti sepatu, pakaian jadi, dan lainnya. Jadi saya kira masih akan ada peluang," kata Anggito. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2007