Yogyakarta (ANTARA News) - Buku "Sufi Pinggiran: Menembus Batas-Batas" karya Abdul Munir Mulkhan menawarkan sebuah konsep sufi yang dapat dilakukan oleh setiap manusia yang mau berusaha untuk menemukan kesadaran ilahiah, autentik, jujur, dan manusiawi. "Ketika semua manusia berangkat dari kesadaran ilahiah untuk berbuat baik kepada orang lain dengan tidak membedakan asal-usul, agama dan perbedaan lainnya, ia telah sampai pada suatu tahap kearifan sebagai salah satu sifat seorang sufi," kata Munir mengawali acara bedah buku karyanya, di Gedung Pascasarjana Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Kamis. Acara bedah buku tersebut menghadirkan pembicara Mantan Ketua PP Muhammadiyah, Syafi`ie Ma`arif, Wakil Ketua PW NU Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Mochammad Maksum, dan sekitar 150 peserta. Syafi`ie Ma`arif mengatakan konsep yang ditawarkan Munir cukup menarik karena kearifan adalah milik siapa saja tanpa melihat pangkat dan derajatnya di dunia. "Kearifan bahkan dapat kita temui dari orang yang buta huruf daripada intelek yang mengaku arif, tetapi tidak peduli sesama," katanya. Menurut dia, sufi adalah seorang yang toleran, tokoh yang mampu menyatukan perbedaan dalam persaudaraan dan mampu bersaudara dalam perbedaan. Senada dengan hal tersebut, Maksum mengemukakan kondisi bangsa yang semakin terpuruk belakangan ini terjadi akibat banyaknya pejabat yang tidak memanusiakan manusia (rakyat) dan justru seringkali memperbesar jurang perbedaan yang ada. "Konsep ideal yang ditawarkan bangsa ini sangatlah manusiawi, namun pejabat kemudian menjadi `ahli tafsir` yang memaknai konsep-konsep tersebut sesuai dengan kepentingan dan ambisi pribadinya," kata dia. Karena itu, konsep sufi yang ditawarkan Munir hendaknya diaplikasikan dalam kehidupan kenegaraan agar setiap orang mampu menjadi sufi bagi dirinya dan bagi orang-orang di sekelilingnya. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2007