Jakarta (ANTARA News) - Hingga akhir 2006, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) merestrukturisasi kredit macet senilai Rp4,95 triliun yang tersebar di 378 nasabah. Restrukturisasi yang dilakukan perseroan tersebut mampu menekan angka rasio kredit bermasalah (NPL gross) dari 13,7 persen menjadi 10,47 persen. Dirut BNI Sigit Pramono di Jakarta, Jumat, mengatakan, NPL net turun dari 8,36 persen menjadi 6,55 persen. "Total kredit (outstanding) yang telah disalurkan BNI hingga akhir 2006 mencapai Rp66,46 triliun atau naik 6,07 persen dibandingkan 2005. Sebaliknya dana masyarakat yang dihimpun BNI mencapai Rp135,996 triliun atau naik 17,88 persen," ujarnya. Pertumbuhan kredit yang lebih besar dari dana yang dihimpun menyebabkan rasio kredit terhadap dana pihak ketiga (LDR) turun dari 54,24 persen menjadi 49,98 persen. "Penurunan LDR ini bukan karena BNI kurang menyalurkan kreditnya kepada masyarakat atau dunia usaha, namun faktanya memang pertumbuhan dana masyarakat yang lebih besar," kata Sigit. Lagi pula, katanya, LDR itu bukan satu-satunya untuk mengukur kemampuan penyaluran kredit. "Ini salah kaprah, orang terlanjur mengukur kemampuan penyaluran kredit dengan LDR. Padahal LDR sebenarnya untuk mengukur likuiditas perbankan," tambahnya. Sigit mengatakan kedepannya BNI tetap mendorong pertumbuhan kredit. "Apapun yang terjadi kami tetap memacu pertumbuhan kredit," tegasnya. Untuk itu katanya BNI akan meluncurkan produk baru berupa kredit yang difokuskan untuk usaha kecil. "Kami akan luncurkan BNI wirausaha yang diperuntukkan bagi pengusaha-pengusaha kecil," katanya. Sampai akhir 2006 pendapatan bunga bersih BNI mencapai Rp7,377 triliun atau naik 5,3 persen. Sedangkan laba bersihnya mencapai Rp1,929 triliun atau naik 36,09 persen. Sedangkan rasio kecukupan modal (CAR) dengan mempertimbangkan resiko pasar, sebesar 16,39 persen atau naik dibandingkan 2005 sebesar 15,99 persen.(*)

Pewarta: bwahy
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2007