Washington (ANTARA News) - PM Israel Ehud Olmert mengatakan dalam komentar yang dipublikasikan Sabtu bahwa ia terbuka untuk pembicaraan damai dengan tetangganya Suriah setelah "kontak tingkat-rendah" antara kedua negara. "Saya tidak mengesampingkan pembicaraan dengan Suriah. Hal itu hanya perlu dilakukan dalam cara yang akan menjamin bahwa kita dapat bergerak maju ketimbang yang hampir dicapai pada awalnya," kata Olmert dalam wawancara dengan majalah Time, yang dipublikasikan di situs Internetnya. "Kita harus pasti bahwa ketika kita membicarakan mengenai perundingan bagi perdamaian dengan Suriah bahwa apa yang kami maksudkan dan apa yang mereka maksudkan adalah persamaan yang lebih luas." Olmert mengatakan, tidak mengambil bagian belum lama ini dalam peristiwa yang ia lukiskan sebagai "kontak tingkat-rendah" antara kedua negara itu. "Mereka tidak serius, dan kami dianggap tidak (serius) juga oleh Suriah," katanya. Bagaimana pun, Presiden Suriah Bashar al-Assad telah mengatakan ia ingin memulai lagi pembicaraan dengan Israel, lapor majalah itu. "Saya tak akan mengatakan tidak," kata Olmert. "Namun, jika anda ingin berhasil dalam bergerak maju...maka ia harus mempersiapkan cara yang akan menciptakan kesempatan yang lebih baik bagi penyelesaian yang berhasil. Israel sekarang ini memiliki perjanjian damai dengan hanya dua negara Arab -- tetangga lainnya Mesir dan Jordania. Para pemimpin Arab pekan ini mendukung versi baru rencana damai yang komprehensif bagi Timur Tengah pada satu pertemuan puncak di Riyadh, tapi Olmert mengatakan pembicaraan lebih lanjut diperlukan sebelum ia mau menerimanya. Dalam wawancara yang dipublikasikan Sabtu itu, bagaimanapun, ia menyambut baik upaya penciptaan perdamaian oleh Arab Saudi itu, yang menjadi tuan rumah pertemuan puncak Liga Arab yang memiliki 22 anggota yang mensahkan prakarsa itu. "Saya melihat dengan sangat senang peran aktif Saudi itu yang sekarang mainkan di Timur Tengah selama banyak tahun," katanya seperti dikutip majalah itu. Beberapa pengamat mengatakan Olmert telah membangkitkan semangat dukungan di antara rakyat Israel dan membutuhkan sekali terobosan dalam proses damai di Timur Tengah untuk selamat secara politik. Persoalannya bertepatan dengan dorongan oleh sekutu utama Israel Washington untuk memulai proses yang terbengkalai itu. "Hal Itu bukan dokumen politik, tidak dirumuskan dengan baik hingga titik terakhir," kata Olmert mengenai rencana Arab itu. "Itu satu pendekatan, sikap, pernyataan pikiran. Saya mengira ada bermacam rincian yang saya akan dengan mudah terima dan beberapa yang saya mungkin tidak (terima). Namun, strategi itu berbeda, dan itu menarik," ujarnya menambahkan, seperti dilaporkan AFP. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2007