Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antarbank Jakarta, Senin pagi, menguat mendekati level 9.100 menjadi Rp9.112/9.114 per dolar dibanding penutupan akhir pekan lalu pada posisi Rp9.120/9.125 atau naik sebesar 8 poin. Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib, di Jakarta, mengatakan aksi beli pelaku lokal terhadap rupiah memicu mata uang lokal itu menguat. Pasar saat ini didominasi aksi beli rupiah oleh pelaku lokal, setelah bank sentral AS (The Fed) memutuskan untuk mempertahankan tingkat suku bunga overnight, katanya. Kalau kondisi ini terus terjadi, katanya, rupiah diperkirakan akan bisa menembus level 9.100. Apalagi Bank Indonesia (BI) untuk sementara membiarkan mata uang lokal itu bergerak melewati angka tersebut. BI kemungkinan besar tidak membiarkan mata uang lokal itu menembus level psikologis Rp9.100 per dolar AS, ujarnya. "Hambatan yang menahan rupiah menuju level di bawah Rp9.100 per dolar AS adalah kekhawatiran apabila rupiah menembus level 9.100, maka pergerakan mata uang lokal itu akan berlanjut. Dan ada kemungkinan Bank Indonesia (BI) menahan pergerakan rupiah yang menuju ke posisi Rp9.100 per dolar AS," katanya. Namun, lanjutnya, apabila BI tidak intervensi pasar, maka rupiah sebenarnya sudah bisa menembus level 9.100, melihat dukungan pasar cukup kuat. Ia mengatakan faktor positif terhadap rupiah itu seperti kekhawatiran pelaku asing membeli dolar AS lebih besar, karena pertumbuhan ekonomi AS yang melambat, dan penjualan sektor perumahan AS yang merosot juga memicu mata uang asing di luar dolar AS cenderung menguat. Namun faktor positif itu tertahan oleh aktifnya BI melakukan intervensi pasar, karena khawatir rupiah akan bisa mencapai level 9.100, katanya. Meski demikian, rupiah masih berpeluang untuk kembali menguat, apabila pasar menginginkan rupiah itu berada di bawah level Rp9.100 per dolar AS, katanya. Keinginan pasar itu juga harus diselaraskan dengan BI, sehingga rupiah mampu mencapai level Rp9.100 per dolar AS, ucapnya. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2007