Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah menyatakan optimis pertumbuhan ekonomi Indonesia selama 2007 akan mencapai lebih dari 6 persen, meskipun pada awal tahun terdapat sejumlah hambatan, seperti adanya bencana di berbagai daerah. "Secara umum, saya optimis bahwa pertumbuhan ekonomi kita bisa lebih tinggi dari 2005 dan 2006. Pertumbuhan di atas 6 persen masih sangat realistis," kata Menko Perekonomian Boediono, di Gedung Departemen Keuangan, Jakarta, Senin. Ia menyebutkan pemerintah sudah memperbesar volume APBN dan berupaya untuk mempercepat pencairannya. Sudah ada perbaikan mekanisme APBN, sehingga diharapkan bisa memperlancar pencairan dan penggunaan dana-dana APBN. Menurut Menko, 2007 merupakan tahun yang menentukan bagi perekonomian Indonesia, sehingga di satu sisi memberikan perbaikan kehidupan ke rakyat dan di sisi lain diharapkan dunia usaha dapat bergerak lebuih cepat lagi. "Infrastruktur kita jadikan fokus, tekad kita mulai 2007 lebih-lebih 2008 akan terlihat ada reorientasi yang cukup drastis dari APBN kita menuju arah infrastruktur kemudian penciptaan lapangan kerja dan pengurangan kemiskinan," katanya. Percepatan pembangunan infrastruktur ditujukan untuk membuka bottle neck yang selama ini menjadi hambatan dunia usaha. Pembangunan infrastruktur akan didanai dari APBN dalam batas kemampuan APBN, bahkan defisit diperlonggar untuk tujuan itu. "Pembangunan infrastruktur bukan hanya tugas dari APBN. Sejauh mungkin kita manfaatkan di luar APBN dalam aturan umum yang sudah ada, apakah itu semacam kerja sama atau yang lain. APBN adalah uang inti kita yang kita gunakan untuk menggaet uang-uang yang lain untuk membangun infrastruktur yang sangat ketinggalan ini. Jadi intinya tidak terbatas pada APBN dan jumlahnya tentu sangat terbatas kalau dari ABPN," katanya. Menurut Boediono, selain stimulus fiskal, pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi juga akan didorong dengan adanya tingkat suku bunga yang lebih baik dari tahun sebelumnya. Pemerintah selalu berkoordinasi dan berkomunikasi dengan BI untuk mengupayakan agar inflasi bertahan pada tingkat yang rendah. "Dorongan konsumsi juga kita upayakan jangan anjlok seperti 2005 karena harga BBM naik, triwulan berikutnya konsumsi riil masyarakat anjlok, ini menggeret ke bawah faktor pertumbuhan ekonomi. Di 2006, BBM-nya sudah datar tapi ada kenaikan harga beras cukup tinggi, 30 persen lebih, ini juga memakan konsumsi riil, terutama mereka yang budgetnya untuk beras cukup besar," katanya. Iklim investasi, lanjutnya, juga diupayakan membaik antara lain dengan memperbaiki paket kebijakan perbaikan iklim investasi. Ada beberapa langkah yang sudah dilakukan seperti penyempurnaan UU Penanaman Modal, UU tentang Pajak. Mengenai kebijakan yang menyangkut UKM, Boediono mengatakan, saat ini sedag diselesaikan dengan melibatkan berbagai pihak. Penyusunannya hingga saat ini belum selesai. "Kebijakan ini intinya untuk memberikan akses yang lebih besar terhadap pasar, pembiayaan, sumber produktifitas (tenaga kerja yang terampil dan teknologi), dan memperbaiki iklim secara keseluruhan bagi UKM, apakah itu perizinan atau yang lain. Kita sudah bicara dengan berbagai pihak, termasuk Kadin, dalam pekan ini kita akan bertemu lagi denagn Kadin," kata Boediono. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2007