Jakarta (ANTARA News) - Fenomena teroris asing (Foreign Terrorist Fighters - FTF) menjadi ancaman bagi semua bangsa, termasuk Indonesia, kata Kepala BNPT Komjen Pol Suhardi Alius pada The 2nd International Meeting on Counter Terrorism (IMCT) di Nusa Dua, Bali, Rabu.

"Pelaku aksi terorisme bukan saja dari lokal, tetapi juga dari luar masuk ke dalam negara tertentu melakukan berbagai aksi. Fenomena inilah yang menjadi salah satu perhatian kami dalam melakukan penanggulangan terorisme," kata Suhardi sebagaimana dikutip dalam siaran pers.

Selain itu ada juga fenomena hijrah ke wilayah konflik sebagaimana yang terjadi saat ini, di mana para simpatisan ISIS dari berbagai negara hijrah ke Irak dan Suriah untuk bergabung dengan kelompok militan tersebut.

Hal ini sebenarnya sudah pernah terjadi di Indonesia beberapa tahun lalu. Saat itu, ratusan WNI hijrah ke Afghanistan untuk bergabung dengan Al Qaida.

"Apa yang terjadi di Bali beberapa tahun lalu merupakan efek hijrahnya orang-orang ini ke Afghanistan. Pemerintah tidak ingin hal ini terjadi lagi bagi WNI yang kembali dari Irak dan Suriah," tegas Komjen Suhardi.

Kepala BNPT juga menekankan bahwa penyelundupan manusia perlu menjadi perhatian semua pihak karena perekrutan anggota yang dilakukan ISIS bagian dari penyelundupan manusia.

Menurut dia, internet yang kini marak digunakan sebagai jalur komunikasi justru menjadi "sarang" teroris untuk memperlancar komunikasi di antara mereka sekaligus untuk merekrut anggota baru.

Pada kesempatan itu ia juga menyampaikan program deradikalisasi yang kini digunakan oleh pemerintah Indonesia dalam menekan radikalisme. Program ini dinilai telah memberikan hasil yang cukup siginifikan karena dilakukan secara masif.

Deradikalisasi dilakukan dengan menggunakan pendekatan kultur dan keagamaan seperti pertemuan dengan keluarga teroris dan rehabilitasi bagi mereka yang telah sadar.

"BNPT juga menggunakan pendekatan narasi agama yang lunak dan toleransi untuk menekan pengaruh paham-paham ekstrem seperti takfiri yang banyak merusak pengikut radikalisme terorisme," katanya.

Ia menegaskan bahwa Indonesia sebagai bagian dari masyarakat internasional selalu melaksanakan mekanisme penanggulangan terorisme yang disepakati oleh dunia internasional. Indonesia juga konsisten menanggulangi fenomena ini secara terus menerus.

The 2nd International Meeting on Counter Terrorism dibuka secara resmi oleh Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Jenderal TNI (Purn) Wiranto.

Pertemuan internasional diikuti negara-negara dari seluruh dunia, antara lain Amerika Serikat, China, India, Thailand, Malaysia, Filipina, Singapura, Prancis, Rusia, dan Australia.

Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2016