Medan (ANTARA News) - Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk anak-anak (UNICEF) menyiapkan anggaran hingga 20 juta dolar Amerika Serikat (AS) untuk program rehabilitasi anak-anak korban gempa di Nias. "Project Officer" UNICEF untuk Nias, Raoul de Torcy, kepada ANTARA News di Medan, Selasa, menyebutkan bahwa anggaran sebesar itu, antara lain akan dimanfaatkan untuk membangun kembali sekolah-sekolah yang rusak akibat musibah gempa yang terjadi dua tahun lalu itu. Didampingi Staf Komunikasi UNICEF, Handewi Pramesti, ia menyebutkan bahwa sekira 600 unit sekolah di Kabupaten Nias dan Nias Selatan rusak akibat musibah gempa, meski sebagian diantaranya masih tetap dimanfaatkan walaupun kondisinya sangat membahayakan anak-anak karena setiap saat dapat rubuh. "UNICEF jelas sangat `concern` dengan kondisi tersebut. Karenanya kami berencana merenovasi dan membangunan kembali sebanyak 160 unit bangunan sekolah dasar yang rusak di Kabupaten Nias dan Nias Selatan," katanya. Sekolah-sekolah itu sendiri akan dibangun secara permanen lengkap dengan perabotannya, sementara para gurunya juga akan diikutkan dalam program pelatihan yang seluruh biayanya juga ditanggung UNICEF. Sambil menanti kesiapan bangunan sekolah tersebut, UNICEF kini telah memfungsikan sebanyak 75 unit SD semi permanen baik di Nias maupun Nias Selatan. Ke-75 unit SD semi permanen itu diperuntukkan bagi anak-anak yang tidak bisa lagi ditampung di sekolah-sekolah mereka sebelumnya. Dari sebanyak 160 unit SD yang rencananya dibangun di Nias, 25 unit diantaranya kini tengah dalam proses pembangunan, 40 unit masih dalam proses tender, sementara sisanya sudah menyelesaikan proses kontrak meski tahap pembangunannya belum lagi dilaksanakan. "Rencananya bulan ini juga sekolah-sekolah itu sudah mulai dibangun," ujarnya. Selain membangun kembali sekolah-sekolah yang rusak, UNICEF juga memiliki tiga program lain bagi anak-anak korban musibah gempa di Nias. Program tersebut diantranya dalam penyediaan jutaan liter air bersih dan sanitasi bagi para pengungsi, terutama bagi mereka yang berada di daerah-daerah terpencil. Program berikutnya adalah di bidang kesehatan berupa pemberian vaksin polio bagi anak-anak korban gempa, penyediaan 35 unit posyandu plus serta pemberian bantuan 50 unit kelambu untuk mengantisipasi berjangkitnya penyakit malaria. Program ketiga yang tidak kalah penting adalah program perlindungan anak-anak korban gempa itu sendiri. Tindakan pertama yang dilakukan UNICEF terkait program tersebut adalah berupaya menyatukan kembali anak-anak yang terpisah dengan orangtua mereka sekaligus menyediakan tempat-tempat bermain agar mereka tidak trauma. Selain itu, UNICEF juga melaksanakan program jangka panjang dengan melibatkan institusi-institusi perlindungan anak berupa program pelatihan bagi para polisi, aparat penegak hukum, para guru serta bagi institusi terkait lainnya. "Tujuan dari program ini adalah bagaimana agar anak-anak itu bisa terlindungi dari tindak kekerasan," tegasnya. Raoul de Torcy juga mengungkapkan bahwa saat ini terdapat sebanyak 30 staf UNICEF yang beroperasi di Nias dan Nias Selatan, termasuk tujuh orang staf yang berasal dari berbagai negara. Program UNICEF di Nias dijadwalkan berakhir tahun 2010, namun tidak tertutup kemungkinan akan diperpanjang sesuai kebutuhan. "Yang pasti, anggaran sebesar 20 juta dolar itu diperuntukkan bagi program-program yang akan dirampungkan hingga tahun 2010. Kalau masih dibutuhkan tentu kita akan pertimbangkan untuk memperpanjang masa kerja kita di Nias," katanya menambahkan. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2007