Jakarta (ANTARA News) - Keberadaan program nuklir yang diklaim bersifat damai di Iran tetap saja berpotensi memicu timbulnya pertarungan nuklir yang membahayakan di kawasan Timur Tengah, kata seorang pengamat internasional, Beginda Pakpahan. "Jika memang benar Iran memiliki nuklir maka Timur Tengah terancam menjadi lahan pertarungan nuklir yang tidak hanya berbahaya bagi kawasan tapi juga dunia," ujar peneliti di Institut Keadilan Global di Jakarta, Selasa. Oleh karena itu, menurut dia, resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) nomor 1447 tentang sanksi tambahan bagi Iran atas program nuklirnya dinilai cukup strategis untuk mengingatkan Iran, agar melibatkan dunia yang dalam hal ini diwakili Badan Energi Atom Dunia (IAEA) untuk turut memonitor program yang diklaim bersifat damai tersebut. Pakpahan mengatakan, kepemilikan nuklir bagi negara mana pun sangat mungkin untuk dikembangkan dalam pengayaan uranium untuk membuat plutonium sebagai hulu ledak nuklir. "Ini akan sangat berbahaya bagi dunia karena perdagangan senjata khususnya di Iran menjadi semakin lancar dan sulit untuk dilacak ke mana arah distribusi senjata berbasis nuklir tersebut," katanya. Memang, ia mengakui, saat ini kepemilikan nuklir Iran yang mengarah pada pogram pengayaan uranium masih sebatas kecurigaan tanpa bukti otentik. Meski begitu, ia pun menilai, apa pun alasannya saat ini Iran telah menjadi salah satu aktor utama yang memegang peranan penting di kawasan Timur Tengah di samping negara-negara Arab dan Israel. "Bagaimana pun Iran mempunyai pengaruh yang cukup kuat terutama setelah jatuhnya Irak dan naiknya kelompok ketika perang Lebanon (Hizbullah)," katanya. Apalagi, ia mengemukakan, dengan program nuklir terbarunya, maka Iran menjadi salah satu negara yang cukup memancing kekhawatiran Arab dan Israel yang keduanya memiliki kepentingan berbeda di kawasan itu. Dalam hal ini, Israel tidak ingin Iran menjadi kekuatan penyeimbang Israel di Timur Tengah. Sedangkan, di mata Arab Saudi, Iran menjadi amat menakutkan karena bisa menjadi ancaman serius terutama karena sebagian besar rakyatnya penganut golongan Syiah. Di satu sisi, menurut dia, bagi Iran sendiri, nuklir berarti upaya untuk menaikkan posisi tawar bangsanya selain minyak yang terkandung di buminya. Di sisi lain, ia berpendapat, bagi masyarakat internasional juga menjadi ancaman serius, karena bila terjadi perang militer maka bukan tidak mungkin harga minyak dunia melonjak dari 60 dolar AS per barel menjadi lebih dari 100 dolar AS per barel. "Jadi, memang Iran memegang peran sangat penting saat ini di Timur Tengah," demikian Beginda Pakpahan. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2007