Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah di pasar spot antarbank Jakarta, Rabu pagi, kembali melemah mencapai Rp9.100/9.105 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.095/9.105 per dolar AS atau turun lima poin. Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib, di Jakarta, mengatakan kenaikan rupiah yang sempat menembus level Rp9.100 per dolar AS kembali tertahan oleh aksi Bank Indonesia yang segera memasuki pasar. Akibatnya rupiah kembali melemah dan berada di posisi Rp9.100 per dolar AS, katanya. BI, menurut dia, tidak menyukai rupiah berada di level tersebut, karena dikhawatirkan mata uang lokal akan terus menguat hingga mendekati level Rp9.000 per dolar AS. "Kami sudah menduga sebelumnya apabila pergerakan rupiah yang menguat menembus level Rp9.100 per dolar AS menimbulkan kekhawatiran BI yang segera melakukan intervensi di pasar," katanya. Padahal, lanjutnya, pasar saham regional maupun bursa New York cenderung menguat yang memberikan sentimen positip terhadap pasar uang domestik khususnya rupiah. Namun semua faktor positip itu tertahan oleh kekhawatiran BI yang masuk pasar mengantisipasi pergerakan rupiah yang terus menguat, katanya. Apalagi dolar AS, menurut dia menguat terhadap yen, Bank Sentral Jepang yang tidak akan menaikkan suku bunganya yang sedikit banyak juga mempengaruhi minat pelaku lokal terhadap rupiah. Dolar naik menjadi 118,89 yen dibandingkan hari sebelumnya 117,83 yen. Euro diperdagangkan pada 158,50 yen naik dari 157,50 yen. Ia mengatakan, kenaikan dolar AS juga muncul setelah data sektor perumahan AS menguat yang menimbulkan anggapan bahwa pasar sektor perumahan itu kembali stabil. Karena itu tekanan terhadap rupiah pada penutupan sesi pagi lebih kuat yang didukung oleh BI, sehingga rupiah yang seharusnya menguat tertahan bahkan turun hingga kembali di level Rp9.100 per dolar AS, katanya, Meski demikian, katanya rupiah masih berpeluang untuk kembali menembus level Rp9.100 per dolar AS, karena potensi untuk ke arah sana sangat besar. Apalagi laju inflasi Maret 2007 yang hanya 0,24 persen turun tajam dibanding inflasi bulan lalu yang mencapai 0,62 persen memberikan dampak positip terhadap pergerakan mata uang lokal itu untuk kembali menguat, katanya. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2007