Jakarta (ANTARA News) - Tersebarnya kabar meninggalnya Menteri Dalam Negeri (Mendagri) M Ma`ruf ternyata akibat kesalahpahaman, kata isteri Mendagri, RR Susyati. "Memang ada yang meninggal (di Rumah Sakit Harapan Kita), tetapi bukan bapak (Ma` ruf, red). Keluarga tidak apa-apa dengan beredarnya kabar tersebut," katanya saat memberikan keterangan kepada wartawan di RS Jantung Harapan Kita, Jakarta, Rabu. Meski dikabarkan meninggal, lanjutnya, keluarga Mendagri mengaku tidak terganggu sehingga mau memaafkan beredarnya kabar itu. "Kata 'orang tua', kalau diberitakan meninggal Insya Allah panjang umur. Saya sangat berterima kasih atas doa dan dukungannya selama ini," kata Susyati. Staf Humas RS Harapan Kita, Noviah, juga mengkonfirmasi bahwa memang terdapat dua orang yang meninggal, tetapi bukan Mendagri. Sementara itu, kondisi kesehatan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) M. Ma`ruf dikabarkan semakin membaik. "Bapak baru saja di-CT scan dan pembengkakannya mulai menurun," kata Susyati. Menurut dia, Ma`ruf sudah mulai sadar, namun untuk menjaga kestabilan kondisinya, Mendagri tidak diizinkan banyak bergerak dan tetap harus banyak beristirahat. "Bapak sudah beberapa kali sadar, tetapi tidak boleh banyak bergerak, karena nanti akan mengganggu kestabilannya. Saat sadar, bapak sempat berucap bahwa ia capek," kata Susyati. Sebelumnya, tim dokter RS Harapan Kita pada Selasa (3/4) membantah Mendagri M Ma`ruf dalam kondisi koma atau kritis seperti pemberitaan media massa akhir-akhir ini. "Orang bilang kalau Pak Ma`ruf koma. Bukan koma, tapi kita buat seperti koma, yakni ditidurkan dengan obat," kata Direktur Pelayanan Medis, Dr Andang Yusuf yang bekerja sama dengan tim Komite Medik RS Harapan Kita dalam memantau kondisi kesehatan Mendagri. Andang mengatakan keputusan untuk "menidurkan" Ma`ruf disebabkan terjadinya penyembaban di bagian otak Ma`ruf. Langkah itu untuk menghindari perluasan penyembaban. Dia belum bisa memastikan sampai kapan langkah medis itu akan ditempuh. "Kami akan pantau terus kondisinya," katanya. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2007