Kendari (ANTARA News) - Sejak usianya tujuh tahun, anak yang masih duduk di kelas tiga sekolah dasar itu sudah menggemari permainan serupa olahraga bulu tangkis yang sering dimainkannya sendirian.

Ia kerap kali menggunakan papan kecil sebagai raket, buah rambutan sebagai shuttlecok dan dinding rumah tempat memantulkan buah rambutan.

Dialah Hendry Leander (10), si cilik peraih super tiket Audisi Djarum Besiswa Bulutangkis 2016 yang tahap finalnya akan digelar di Kudus 2-4 September 2016.

Ia memperoleh super tiket tersebut setelah lolos Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulutangkis 2016 kelompok anak-anak yang dilesenggarakan di Makassar, Sulawesi Selatan pada April 2016.

Di ajang kompetisi tersebut, Hendry bersaing dengan 586 pebulutangkis kelas anak-anak (di bawah usia 13 tahun/U-13) dari berbagai daerah di Indonesia

Ditemui di tempat latihan persiapan menuju final audisi, di gedung Bulutangkis Indo Jaya di Kendari, Sabtu (27/8), Hendry mengaku menyukai olahraga bulu tangkis sejak masih duduk di kelas tiga SD Katholik Pelagi Kendari.

"Sejak duduk di kelas tiga SD, saya sudah main bulu tangkis. Awalnya, saya bermain di tembok, menggunakan papan kecil sebagai pemukul dan buah rambutan sebagai bola," katanya.

Hendry yang kini sudah duduk di kelas 6 SD itu, rutin bermain bulu tangkis setiap hari, setelah Ignas, ayahnya membawanya ke Club Bulutangkis Indo Jaya Kendari.

Ditanya seputar persiapannya menuju final audisi di Kudus, si sulung dari tiga bersaudara itu mengaku sejak tiga bulan terakhir sudah fokus latihan setiap hari.

"Sebelum persiapan, saya hanya latihan setiap hari Senin sampai Jumat, selama tiga sampai lima jam per hari," katanya.

Menjelang final audisi ini, ujarnya, latihannya ditambah dengan hari Sabtu dan Minggu atau setiap hari dengan jam latihan menjadi empat sampai enam jam per hari.

Hendry yang lahir di Kendari pada 27 Februari 2006 bertekad bisa menjadi yang terbaik pada kompetisi tersebut sehingga impiannya menjadi pebulutangkis nasional bisa terwujud.

"Saya tidak punya cita-cita lain, kecuali menjadi atlet bulu tangkis nasional," ujarnya.

Diminta tanggapannya soal keberhasilan atlet bulutangkis Djarum pasangan Tontowi Ahmad-Liliyana Nasir yang meraih medali emas pada pesta Olimpiade Rio, Hendry kagum kepada kedua pemain tersebut.

"Saya kagum dengan prestasi mereka dan saya berharap bisa seperti mereka minimal bisa menjadi atlet bulu tangkis nasional," katanya.

             
berbakat

Sementara itu Mardha, pelatih yang menggembleng Hendry di Club Indo Jaya Kendari, mengakui kalau Hendry merupakan atlet cilik berbakat di cabang bulu tangkis.

"Saya melatih Hendry mulai dari nol. Dalam waktu singkat, dia sudah memperlihatkan kemampuan bermain bulu tangkis yang luar biasa," jelas Mardha saat ditemui Gedung Bulutangkis Indo Jaya, tempat Hendry digembleng pekan lalu.

Sejak awal mengikuti latihan bulu tangkis di Indo Jaya, kata dia, Hendry yang saat itu masih berusia tujuh tahun, terlihat sangat gesit bermain di lapangan.

Ke manapun arah bola ditempatkan pelatih saat latihan atau menghadapi lawan tanding, ia sangat gesit berlari mengejar bola dari satu sudut ke sudut lain.

"Sebagai pelatih yang sudah banyak menangani atlet, saya melihat Hendry memiliki bakat yang luar biasa untuk menjadi pebulutangkis handal. Bila terus berlatih dan berlatih, impian Hendry jadi altet bulu tangkis nasional bisa terwujud," katanya.

Buktinya ujar Mardha, pada setiap kejuaraan tingkat SD di Sulawesi Tenggara, Hendry selalu keluar sebagai juara satu.

Oleh karena prestasi tersebut, Hendry dipercaya mewakili Sultra pada ajang Olahraga Olimpiade Siswa Nasional (O2SN) 2015 yang diselenggarakan di Makassar, Sulawesi Selatan.

"Waktu O2SN di Makassar, Hendry jari tangannya kejepit pintu, sehingga tidak bisa bermain maksimal. Dia hanya satu kali menang dari tiga pertandingan," katanya.

                                                        
Orang tua mendukung

Baik Ignasius, ayah Hendri maupun Igas Sandra ibunya, sangat mendukung penuh cita-cita Hendry yang ingin menjadi atlet bulu tangkis nasional.

Itu sebabnya, sang ayah langsung membawa Hendry ke Indo Jaya, salah satu club bulu tangkis di Kendari untuk menjalani latihan.

"Saat melihat Hendry suka memainkan permainan seperti bulu tangkis sendirian dengan menggunakan papan kecil sebagai raket, buah rambutan sebagai bola dan dinding rumah tempat memantulkan buah rambutan, saya segera mencarikan tempat latihan bulu tangkis," kata Ignas melalui telepon dari Balikpapan, Minggu (28/8).

Ignas berada di Balikpapan setelah kurang lebih setahun ini pindah tugas di kota tersebut sebagai pegawai salah satu bank swasta.

Menurut Ignas, sejak Hendry ikut latihan di Club Bulutangkis Indo Jaya Kendari, Igas sang ibu sibuk mengantar Hendry ke tempat latihan setiap hari Senin hingga Jumat.

"Kami orangtua, terutama ibunya benar-benar mendukung penuh keinginan Hendry untuk menjadi arlet bulutangkis nasional. Sejak Hendry duduk di kelas tiga SD, ibunya sudah tidak kenal lelah mengantar Hendry ke tempat latihan dan ke sekolah untuk belajar," jelas Ignas.

Sementara itu, Igas Sandra, ibunda Hendry yang dihubungi di Kendari mengakui kalau dirinya yang paling sibuk mempersiapkan Hendry menuju Audisi Djarum siswa Bulutangkis 2016 di Kudus.

"Pagi-pagi sebelum ke kantor, saya mengantar Hendry ke sekolah. Siang saya jemput di sekolah dan sore mengantarnya ke tempat latihan," kata Igas yang berkerja sebagai karyawan May Bank Kendari.

Meski sibuk mengikuti latihan bulu tangkis, namun Hendry tidak pernah lalai dengan tugasnya untuk belajar di rumah.

Terbukti prestasinya di sekolah cukup menggembirakan meski tidak menjadi juara kelas. "Nilai rapornya berada di atas nilai rata-rata siswa di kelasnya," ujar Igas.

Menurut Igas, Hendry akan bertolak ke Kudus pada 31 Agustus setelah terlebih dahulu singgah di Balikpapan menemui ayahnya, Ignas, yang lagi bertugas di kota tersebut.

Dari Balikpapan, Hendry akan berangkat ke Kudus ditemani sang ayah melalui Bandara Juanda Surabaya dengan menumpang pesawat terbang.

Pewarta: Agus
Editor: Fitri Supratiwi
COPYRIGHT © ANTARA 2016