Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan P. Roeslani menyatakan, Tiongkok bakal menjadi investor asing terbesar di Indonesia dalam dasawarsa mendatang, tercermin dari terus meningkatnya nilai investasi negeri Tirai Bambu itu di Tanah Air.

"Komitmen Presiden Jokowi memangkas jalur birokrasi dan pengurusan izin telah menumbuhkan harapan besar bagi kalangan pengusaha Tiongkok. Mereka sangat antusias untuk meningkatkan investasi di Indonesia," kata Rosan di Jakarta, Senin.

Pernyataan itu disampaikan Rosan menanggapi pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat bertemu ratusan pengusaha Negeri Tirai Bambu, pada Forum Bisnis Indonesia -Tiongkok di Shanghai, Tiongkok, akhir pekan lalu.

Rosan yang juga hadir pada pertemuan itu, mengungkapkan Presiden Jokowi secara langsung memberikan jaminan kepada pengusaha Tiongkok mengenai berbagai kemudahan investasi seperti, Layanan Izin Investasi 3 Jam, Layanan Jalur Hijau, Kemudahan Investasi Langsung Konstruksi (KLIK), dan regulasi investasi yang  lebih terbuka melalui perbaikan Daftar Negatif Investasi (DNI untuk mempermudah arus masuk investasi Tiongkok ke dalam negeri.

Selain Rosan, hadir pula Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukito, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Kepala BKPM Thomas Trikasih Lembong, dan Sekretaris Kabinet Pramono Anung.

"Memang masih ada kendala, terutama bahasa dan kemitraan. Tapi, saya yakin hal itu akan dapat teratasi. Satu hal yang harus dicermati adalah Indonesia kini menjadi salah satu negara tujuan investasi paling menarik bagi Tiongkok," kata Rosan.

Mengutip data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), dia mengatakan, realisasi investasi asing pada triwulan II 2016 menunjukkan bahwa Tiongkok kini berada pada urutan keempat setelah Singapura, Jepang, dan Hong Kong.

Nilai investasi Tongkok mencapai 549 juta dolar AS yang tersebar di 499 proyek, sementara itu, Singapura berada di urutan teratas dengan investasi senilai 2 miliar dolar AS untuk 1.927 proyek, menyusul Jepang 1,3 miliar dolar AS, dan Hong Kong 597 juta dolar AS.

"Investasi Tiongkok naik sangat signifikan. Pencapaian Tiongkok melampaui Malaysia yang nilai investasinya 393 juta dolar AS dan Belanda 346 juta dolar AS," jelas Rosan.

Di sisi lain, dia mengaku sangat mengapresiasi konsistensi Presiden Jokowi untuk tetap mensinergikan kebijakan fiskal, moneter dan reformasi struktural bagi perbaikan ekonomi nasional. Keterpaduan kebijakan fiskal dan moneter selain dapat mendorong pergerakan sektor riil, juga akan memacu pertumbuhan investasi, produksi, distribusi, dan konsumsi.

"Saya yakin, konsistensi pemerintah memperbaiki pertumbuhan ekonomi akan berdampak luas. Setiap kebijakan ekonomi harus mendorong pertumbuhan yang solid dan inklusif," katanya.

Dikatakan, sebagai ekonomi terbesar di Asia Tenggara, Indonesia dapat berperan aktif mendorong pertumbuhan ekonomi global. "Tekad pemerintah menjaga perekonomian nasional lebih terbuka dan kompetitif harus didukung," katanya.

Pewarta: Royke Sinaga
Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2016