Gowa, Sulsel (ANTARA News) - Kericuhan kembali terjadi di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan antara Satuan Polisi Pamong Praja dengan pasukan Tubarania dari kerajaan Gowa saat prosesi Adat Kerajaan Gowa Accera Kalompoang di sekitar Balla Lompoa (rumah besar), Sungguminasa, Gowa, Minggu.

Prosesi adat tersebut merupakan rangkaian dari pencucian benda pusaka kerajaan yang akan digelar pada Senin 12 September 2016 bertepatan dengan hari raya Idul Adha 1437 Hijiriah. Namun dihalang-halangi pihak Satpol PP setempat dengan jumlah puluhan orang.

Prosesi Accera Kalompoang adalah ritual adat dengan membawa seekor kerbau kemudian diarak mengelilingi Istana Balla Lompoa sebanyak tiga kali dilakukan oleh pihak kerajaan yang dikawal Tubaraia menggunakan pakaian adat, tombak dan badik. Tetapi dihalangi satpol saat hendak masuk pintu gerbang istana tersebut.

Saat bersitegang dengan adu mulut tiba-tiba batu melayang dari arah Satpol PP menuju ke kumpulan rombongan kerajaan sontak terjadi perlawanan dan insiden berdarah pecah, mereka saling serang satu sama lain. Akibatnya lokasi bentrokan di wilayah jalan Kiyai Haji Wahid Hasyim langsung memanas.

Insiden ini mengakibatkan kedua belah pihak terluka ada yang terkena anak panah dan batu bahkan dua masyarakat sipil juga terluka terkena serpihan batu di kepala serta dada. Suasana menjadi tidak kondusif sehingga pihak kepolisian terpaksa turun tangan meredam bentrokan tersebut.

Salah seorang perwakilan Kerajaan dari Dewan Adat Kerajaan Gowa, Andi Rivai mengungkapkan memang sejak awal ada gelagat mau menghancurkan serta membatalkan prosesi adat itu. Bahkan, dirinya menyesalkan aparat kepolisian dinilai lambat melakukan pengawalan sehingga insiden berdarah itu terjadi.

"Dari awal memang ada yang tidak beres, mulai adanya upaya pembongkaran paksa brankas kerajaan tapi tidak berhasil, sampai kami di halang-halangi mereka. Ini sudah jelas tidak lagi membela ada tapi menghancurkan adat dengan kekuasaan mereka. Polisi juga dinilai lamban bergerak melakukan pengawalan padahal sudah disampaikan sebelumnya," ungkap dia.

Selain itu Rivai menyebut terjadinya bentrokan karena adanya faktor pemicu diduga dari pihak Satpol PP ketika adu mulut dan ditahan didepan pintu gerbang istana untuk menyelesaikan prosesi kemudian dihantam anak panah dan batu agar prosesi itu bubar.

Sementara Wakil Bupati Gowa, Abdul Rauf Mallagani Karaeng Kio saat kejadian berada di dalam Istana Balla Lompoa membatah dengan memberikan klarifikasi terkait terjadinya bentrokan itu dengan berdalih bahwa lemparan bukan dari pihak Satpol PP.

"Saya luruskan dulu bukan dari kami yang melakukan itu, tetapi mereka duluan membawa badik yang sudah tercabut, ada juga senjata lain seperti papporo dibawa. Dari awal kami komitmen menjaga kemanan adalah hal utama dan media turut membantu kemanan supaya semua lancar," katanya berkilah.

Usai dilerai petugas, prosesi yang dilaksanakan massa dari Raja Gowa ke-37 Andi Maddusila Andi Idjo yang bergelar I Maddusila Daeng Mannyonri Karaeng Katangka Sultan Aluddin II Maddusila akhirnya menyelesaikan ritual berkeliling Balla Lompoa dengan dikawal pihak kepolisian sebelum acara Accera Kalompoang digelar besok.

Pewarta: Darwin Fatir
Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2016