Jakarta (ANTARA News) - Tingkat suku bunga acuan (BI rate) sebesar 9,00 persen dapat dikatakan tidak netral bila menyebabkan harga tidak stabil, kata pengamat ekonomi dan kebijakan publik, Ichsanuddin Noorsy. "(BI rate) netral atau tidak netral bisa dilihat dari, misalnya apakah hal itu menyebabkan harga kebutuhan bahan pokok merambat naik atau tidak," katanya di Jakarta, Selasa. Menurut Ichsanuddin, bila harga relatif stabil, maka tingkat suku bunga yang ditentukan Bank Indonesia bisa dikatakan tidak bermasalah. Ia mengaku tidak sreg dengan istilah 'netral' dan lebih memilih istilah 'moderat' untuk menggambarkan tentang ketepatan tingkat suku bunga. "Otoritas fiskal dan moneter di negara ini harus mendongkrak pertumbuhan dengan menentukan suku bunga dan inflasi dalam tingkat yang moderat," ujar Ichsanuddin. Sementara itu, ekonom Inter-CAFE Institut Pertanian Bogor, Iman Sugema mengemukakan bahwa tingkat suku bunga acuan BI yang tetap di angka 9,00 persen merupakan strategi yang dilakukan BI terkait dengan titik keseimbangan suku bunga yang sudah semakin dekat. "Titik ekuilibrium saya perkirakan adalah sekitar 8 hingga 8,5 persen," kata Iman. Sebelumnya, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) di Jakarta, Kamis (5/4) memutuskan tidak mengubah suku bunga acuan BI,BI rate, yang tetap pada 9,00 persen. Gubernur BI Burhanuddin Abdullah seusai RDG mengatakan BI rate itu tetap dipertahankan, karena bank sentral menginginkan suku bunga yang netral dan menjaga ekspektasi inflasi menyusul adanya tren harga-harga yang naik. "Selain itu, dengan mempertahankan BI rate ini, bank sentral ingin mengamati dahulu dampak dari kebijakan yang diambil selama ini," katanya. Namun demikian, lanjut Burhanuddin, untuk tahun ini BI tetap menargetkan BI rate bisa berada di posisi 8,5 persen, sedangkan target inflasi BI tahun 2007 tetap sebesar enam persen plus minus satu persen. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2007