Jakarta (ANTARA News) - Potensi meningkatnya rasio utang luar negeri terhadap penerimaan ekspor (debt service ratio/DSR) harus diwaspadai, mengingat penerimaan ekspor diperkirakan masih lesu di sisa tahun, kata Bank Indonesia.

"Rasio ekspor yang belum tumbuh karena harga-harga komoditi yang belum membaik membuat rasio servicing kita cukup perlu diwaspadai," kata Gubernur BI Agus Martowardojo di Jakarta, Senin.

Meningkatnya DSR di tengah belum membaiknya kinerja ekspor perlu diantisipasi karena dapat meningkatkan risiko gagal bayar.

Hingga kuartal II 2016, DSR Tier 1 Indonesia naik menjadi 37,3 persen dari kuartal I 2016 yang sebesar 34,1 persen. Sementara DSR Tier 2, pada kuartal II sebesar 67,7 persen, atau naik dari Kuartal I yang sebesar 60,9 persen.

Namun, Agus mengatakan, penarikan utang oleh pemerintah dan juga swasta memang masih diperlukan.

Penarikan utang tersebut dapat dimaklumi karena digunakan untuk pendanaan sektor produktif dan dapat memberikan efek pengganda ekonomi.

Di tengah masih tingginya kebutuhan utang, kata Agus, korporasi dan regulator harus proaktif untuk menerapkan prinsip kehati-hatian dari risiko gagal bayar.

Jika debitur atau korporasi dalam negeri mengalami kesulitan dalam membayar utang, dapat berdampak negatif terhadap stabilitas perekonomian.

Selain karena masih lemahnya penerimaan ekspor, gagal bayar utang juga dapat terjadi karena membengkaknya nilai utang akibat fluktuasi kurs.

Oleh karena itu, BI meminta korporasi yang menarik utang luar negeri untuk memanfaatkan produk lindung nilai dari perbankan. Jumlah utang yang diberikan fasilitas lindung nilai harus sesuai dengan ketenuan BI.

BI telah menerbitkan beberapa Peraturan BI (PBI) untuk mewadahi "hedging" utang korporasi. Salah satu PBI itu adalah Peraturan Bank Indonesia Nomor 18/18/PBI/2016 tentang Transaksi Valuta Asing terhadap Rupiah antara Bank dengan Pihak Domestik, di mana fasilitas "hedging" mulai Januari 2017 harus dilakukan di bank domestik.

"Kita mengeluarkan peraturan untuk kehati-hatian sehingga ULN harus selalu memenuhi rasio hedging dan kredit rating," ujar Agus.

Per kuartal II 2016 (Juni), utang luar negeri Indonesia sebesar 323,8 miliar dolar AS, atau naik 6,2 persen dibandingkan periode sama tahun lalu.

Sedangkan pada Juli 2016, utang luar negeri menjadi 324,2 miliar dolar AS.

Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2016