Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Republik Indonesia mengutuk terjadinya tindak teror dalam bentuk serangan bom di ibukota Aljazair, Aljier, Rabu, 11 April 2007, yang telah merenggut 30 korban jiwa dan melukai lebih dari 100 orang lainnya. Pernyataan tersebut dikemukakan oleh Jurubicara Departemen Luar Negeri RI, Kristiarto Legowo, kepada ANTARA di Jakarta, Kamis. "Pemerintah RI menyampaikan simpati dan belasungkawa kepada pemerintah Aljazair dan pihak keluarga yang telah menjadi korban pengeboman dan berharap para pelaku tindak teror dapat segera ditangkap dan diproses sesuai dengan hukum yang berlaku," katanya. Sebagaimana yang telah terjadi di Indonesia, lanjut Jubir Deplu RI, kejadian di Aljier mengingatkan bahwa terorisme merupakan ancaman nyata dan dapat terjadi di mana saja. "Dalam kaitan ini, Pemerintah RI mengingatkan kembali pentingnya kerjasama internasional untuk menangani kejadian itu," katanya. Serangan yang terjadi Rabu lalu di ibukota Aljazair telah menimbulkan ketakutan akan sejarah politik pertumpahan darah di negara penghasil minyak di Afrika utara itu. Penduduk mengatakan itu adalah waktu pertama sejak 1990-an, saat bom kuat mengguncang pusat kota di Laut Tengah itu, tempat polisi meningkatkan keamanan sesudah lonjakan serangan pemberontak garis keras di pedalaman. Salah satu ledakan merusak sebagian depan kantor perdana menteri di pusat kota pelabuhan anggun tersebut. Bom kedua menghantam Bab Ezzouar di luar kota itu bagian timur, kata kantor berita resmi APS. Sumber rumah sakit menyebutkan jumlah korban kedua pemboman itu sekitar 30 orang. Aljazair terjebak dalam kekerasan pada 1992 sesudah pemerintah dukungan tentara membatalkan hasil pemilihan anggota parlemen, dengan partai Islam keluar sebagai pemenang. Sampai 200.000 orang tewas dalam pertumpahan darah terjadi kemudian. Kekerasan itu mereda beberapa tahun terahir sesudah amnesti diberikan kepada pemberontak, tetapi berlanjut di gunung timur Aljir. Tak seorang pun mengaku bertanggungjawab atas serangan hari Rabu. Perdana Menteri Abdelaziz Belkhadem, yang tidak terluka, dikutip APS menganggap serangan itu "tindakan jahat dan pengecut". Saat berbicara dengan televisi negara, ia menggambarkan ledakan tersebut sebagai serangan teroris. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2007