Dili (ANTARA News) - Calon presiden Timor Leste, Jose Ramos-Horta, Kamis, mengemukakan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) harus menjelaskan mengapa 30 persen pemilih tidak memberikan suara dalam Pemilu putaran pertama, dan dia juga menuntut penghitungan ulang. "Kelihatannya paling sedikit 30 persen pemilih tidak memberikan suara," katanya kepada para wartawan. "Mengapa? Saya tidak tahu." "Penyelidikan harus dilakukan," kata Ramos-Horta yang kini menjabat perdana menteri. "Saya minta PBB memberi penjelasan." Pemilihan presiden putaran dua akan dilakukan pada 8 Mei antara Ramos-Horta dan Francisco Guterres dari partai yang berkuasa, Fretilin. Ramos-Horta mengemukakan adalah suatu pertanyaan terbuka mengapa 150 ribu dari 520 ribu orang yang terdaftar, tidak memberikan suaranya. Para pengamat internasional menggambarkan pemilihan itu secara umum berlangsung bebas, tertib dan damai. "Apakah mereka diintimidasi atau memang tidak datang," katanya, lalu menambahkan banyak orang meragukan pemilihan di bekas koloni Portugis tersebut. "Saya kira harus ada penghitungan lain," kata Ramos-Horta, yang meraih penghargaan Nobel Perdamaian bersama Uskup Belo. Lima kandidat lainnya yang kalah dari keseluruhan delapan calon, juga menuntut penghitungan ulang dan menuduh pemilihan itu digerogoti intimidasi, masalah-masalah penghitungan serta hal lainnya. "Hari ini saya dengar, beberapa kotak suara dari Dili ditemukan tadi malam dan belum dihitung," kata Ramos-Horta, seperti dilaporkan AFP. Pemilu tersebut diselenggarakan panitia setempat dan para pengamat melaporkan tingkat kehadiran yang tinggi dari warga Timor Leste. "Saya harus menimbang kembali apakah PBB di sini telah melakukan apa yang seharusnya, yaitu membantu rakyat Timor Leste melangsungkan Pemilu yang adil, atau PBB hanya berada di pinggir -- terlalu pasif dan cuma menonton?," kata Ramos-Horta. Guterres, mantan gerilyawan yang dikenal dengan nama Lu Olo, meraih 28,79 persen suara dan Ramos-Horta 22,6 persen. Angka tersebut berdasarkan data komisi pemilihan nasional. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2007