Jakarta (ANTARA News) - Pertumbuhan pasar "outsourcing" (alih daya) di Indonesia cukup besar mencapai 33 persen berkat besarnya tingkat kebutuhan perusahaan terhadap sistem tersebut yang memberikan efisiensi tinggi bagi "vendor" (pemasok). "Besarnya bisnis `outsourcing` itu mendorong perusahaan penyedia dan pengembang piranti lunak lebih cenderung melakukan kegiatan usaha di sektor tersebut," kata Direktur Utama PT Sigma Cipta Caraka, Djarot Subiantoro, di Jakarta, Kamis. Ia mengatakan, Sigma sendiri mentargetkan pertumbuhan alih daya pada tahun ini sebesar 22 persen dari total pertumbuhan bisnis alih daya di Indonesia. Oleh karena aplikasi alih daya itu, maka perusahaan akan lebih menghemat cukup besar dalam melakukan operasionalnya, katanya. Menurut dia, para pelanggan dari berbagai sektor industri di Indonesia menyadari manfaat dari alih daya itu dan memperkirakan pengalokasian dana yang lebih murah untuk kepemilikan piranti lunak. Dengan model tersebut, maka perusahaan dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas teknologi informasi dengan memberikan akses yang lebih cepat, katanya. Apalagi, lanjutnya, perusahaan informasi teknolog setiap waktu harus melakukan perubahan, karena tanpa melalui perubahan, maka tidak ada pertumbuhan yang berarti dalam Teknologi Informasi (TI) tersebut. Perusahaan dalam hal itu hanya akan berurusan dengan satu pihak untuk memastikan sistem aplikasi mereka sudah terpasang dan terawat dengan baik dan menghilangkan kontrak-kontrak beragam dengan vendor berbeda-beda pula, katanya menambahkan. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2007